Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sembilan Hari Loyo, Akhirnya Rupiah Ditutup Menguat

Salah satu pendorong penguatan rupiah adalah pelonggaran kebijakan giro wajib minimum (GWM) yang dilakukan oleh Bank Indonesia.
Pegawai Bank BNI Syariah menunjukan uang rupiah di kantor cabang di Jakarta, Senin (2/3/2020). Bisnis/Abdurachman
Pegawai Bank BNI Syariah menunjukan uang rupiah di kantor cabang di Jakarta, Senin (2/3/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah berhasil berbalik menguat dan ditutup di zona hijau pada perdagangan Senin (2/3/2020). Penguatan ini sekaligus memutus tren pelemahan yang terjadi sembilan hari berturut-turut.

Penguatan rupiah hari ini juga terjadi selepas Presiden Joko Widodo mengumumkan kasus pertama virus corona di Indonesia. Sebanyak dua orang dinyatakan positif terinfeksi virus corona dan telah dirawat di RS Sulianti Saroso.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah berhasil parkir di level Rp14.265 per dolar AS, menguat 0,372 persen atau 53 poin. Rupiah menguat di saat indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama melemah 0,41 persen menjadi 97,782.

Penguatan rupiah itupun bersamaan dengan mayoritas mata uang Asia yang juga berhasil melawan dolar AS di tengah spekulasi pemangkasan suku bunga acuan AS oleh The Fed.

Ekonom Shinhan Bank Seoul So Jaeyong mengatakan bahwa menanggapi dengan gembira terhadap komentar Ketua The Fed Jerome Powell terkait dengan kesiapannya untuk bertindak memerangi ancaman ekonomi dari virus corona atau covid-19 yang dianggap pasar sebagai sinyal pemangkasan suku bunga acuan.

“Komentar The Fed berhasil menenangkan pasar yang panik akibat virus corona dan berhasil membalikkan minat investor terhadap aset berisiko,” ujar So Jaeyong seperti dikutip dari Bloomberg, Senin (2/3/2020).

Selain itu, rupiah juga mendapatkan dukungan dari beberapa stimulus yang digelontorkan oleh Bank Indonesia (BI), salah satunya yang terbaru adalah menurunkan rasio giro wajib minimum (GWM) valuta asing bank-bank umum konvensional dari 8 persen menjadi 4 persen.

BI juga telah menurunkan GWM rupiah sebesar 50 bps yang ditujukan kepada perbankan yang melakukan kegiatan ekspor dan impor yang tentu saja dalam pelaksanaan berkoordinasi dengan pemerintah.

Kendati demikian, Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim menilai intervensi yang cukup ketat dan ekstra waspada dari pemerintah belum dapat membawa mata uang garuda kembali digdaya.

“Namun, BI sudah melakukan semaksimal mungkin untuk membantu menstabilkan rupiah pada perdagangan kali ini,” tulis Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya.

Rupiah diprediksi masih bergerak dalam tekanan pada perdagangan Selasa (3/3/2020), di kisaran level Rp14.210 per dolar AS hingga Rp14.320 per dolar AS.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper