Bisnis.com, JAKARTA — PT Merpati Nusantara Airlines (Persero) menunggu langkah manajemen baru PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. terkait kerja sama kedua perusahaan.
Pada Oktober 2019, kedua pihak sepakat untuk melakukan kerja sama operasi di bidang kargo. Saat itu, Garuda Indonesia diwakili oleh I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra sebagai Direktur Utama, yang pada Desember 2019 dicopot oleh Menteri BUMN Erick Thohir karena kasus penyelundupan barang ilegal.
Tidak hanya Garuda Indonesia, 10 perusahaan pelat merah lainnya juga ikut membantu proses restrukturisasi Merpati.
Direktur Utama Merpati Nusantara Airline Asep Ekanugraha mengatakan selama proses perombakan manajemen Garuda Indonesia, kerja sama keduanya tertunda. Program ini dipimpin oleh Mohammad Iqbal, yang pada saat itu menjabat sebagai Direktur Kargo dan Pengembangan Usaha Garuda Indonesia.
Iqbal juga dicopot oleh Erick karena keterlibatan dalam masalah yang sama dengan Ari Askhara.
"Kerja sama kami freezed, karena apapun alasannya program itu harus dipertanggungjawabkan. Kami tunggu dulu Garuda seperti apa [untuk keberlanjutan kerja sama] setelah ada RUPSLB [Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa]," ujarnya di Jakarta, Rabu (22/1/2020).
Baca Juga
Dalam RUPSLB Garuda Indonesia yang diselenggarakan kemarin, diputuskan Irfan Setiaputra menjadi Direktur Utama menggantikan Ari Askhara. Selain itu, RUPSLB juga menunjuk Triawan Munaf sebagai Komisaris Utama Garuda Indonesia, yang menggantikan Sahala Lumban Gaol.
Yenny Wahid juga ditunjuk sebagai komisaris independen emiten dengan kode saham GIAA tersebut.
Walaupun sempat tertunda, Asep menyebutkan hal ini tidak menjadi masalah bagi kinerja Merpati. Pasalnya, bisnis anak usaha yaitu Merpati Maintenance Facility dan Merpati Training Center, terus berjalan.
Merpati, sambungnya, tetap melanjutkan proses untuk bisa kembali mengudara.
"Kami akan tetap akan berusaha untuk bisa terbang setelah tertunda karena proses homologasi dan lainnya. Apa yang tertunda tahun lalu akan jadi carry over ke 2020," jelas Asep.
Homologasi adalah pengesahan perjanjian perdamaian antara debitur dan kreditur untuk mengakhiri kepailitan. Merpati memang pernah nyaris pailit setelah terlilit utang triliunan rupiah.
Maskapai milik negara ini juga sedang menjajaki peluang bisnis di Afrika bersama perusahaan asal Amerika Serikat, The Sandi Group (TSG) Global Holdings.
Keduanya akan bermitra dengan beberapa perusahaan penerbangan di Afrika, terutama di Republik Demokratik Kongo, untuk membuka rute pengangkutan kargo Indonesia-Afrika. Selain itu, lingkup kerja sama keduanya juga dalam hal Maintenance Repair and Overhaul (MRO) serta pusat pelatihan.