Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil bangkit menguat bersama nilai tukar rupiah di tengah rebound pasar finansial global yang didorong de-eskalasi konflik Amerika Serikat dan Iran.
Seiring dengan memulihnya daya tarik aset berisiko, minat investor terhadap aset investasi aman (safe haven) pun luntur dengan harga emas Comex dan Antam turun tajam.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Kamis (9/1/2020):
Bursa Asia Menghijau, IHSG Ditutup Naik 0,78 Persen
Berdasarkan data Bloomberg, pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup di level 6.274,49 dengan penguatan 0,78 persen atau 48,81 poin.
Delapan dari sembilan sektor berakhir di wilayah positif, dipimpin pertanian (+3,77 persen) dan aneka industri (+1,46 persen). Satu-satunya sektor yang berakhir di wilayah negatif adalah tambang (-0,87 persen).
Baca Juga
Adapun dari 671 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia (BEI) hari ini, sebanyak 200 saham menguat, 191 saham melemah, dan 280 saham stagnan.
Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) yang masing-masing naik 2,67 persen dan 0,90 persen menjadi pendorong utama penguatan IHSG.
Konflik AS-Iran Mereda, Pasar Saham Global Bangkit dan Menguat
Pasar saham global serempak bangkit menguat di tengah tanda-tanda meredanya konflik militer antara Amerika Serikat dan Iran.
Dalam pernyataannya di Gedung Putih untuk menanggapi serangan rudal Iran ke pangkalan militer AS di Irak pada Rabu (8/1) pagi waktu Baghdad, Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa serangan itu tidak melukai warga Amerika dan bahwa pemerintah Iran tampak akan menyudahi aksinya.
Sementara itu, melalui akun Twitter, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan bahwa Iran telah "mengambil langkah-langkah proporsional dalam pembelaan diri" dan tidak berupaya melakukan "eskalasi atau perang".
Bertenaga, Rupiah Sentuh Level Terkuat Sejak Juni 2018
Nilai tukar rupiah rebound dan ditutup menguat 46 poin atau 0,33 persen di level Rp13.854 per dolar AS, setelah terdepresiasi 22 poin dan berakhir di posisi 13.900 pada Rabu (8/1).
Rupiah menyentuh level terkuat sejak Juni 2018 pada perdagangan Kamis (9/1/2020) seiring dengan kembalinya minat investor terhadap aset berisiko sehari setelah serangan rudal Iran terhadap fasilitas militer AS di Irak.
Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa sentimen menjadi lebih positif bagi rupiah seiring dengan fokus pasar yang beralih kembali ke optimisme kesepakatan perdagangan tahap pertama AS dan China akan segera terealisasi pada pekan depan.
Tensi AS-Iran Mereda, Mayoritas Mata Uang Asia Berhasil Menguat
Mayoritas mata uang di kawasan Asia kembali menemukan pijakan untuk menguat setelah terguncang kabar meluncurnya rudal Iran ke markas militer AS di Irak pada Rabu (8/1/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, penguatan dipimpin oleh won yang berhasil melonjak sebesar 1,01 persen, setelah menjadi mata uang dengan kinerja terburuk pada perdagangan sebelumnya.
Penguatan terbesar kedua diduduki oleh rupee yang menguat 0,39 persen dan dilanjutkan rupiah yang menguat 0,33 persen. Hanya dolar Singapura yang bergerak melemah melawan dolar AS pada perdagangan kali ini, yaitu melemah 0,037 persen.
Harga emas Comex untuk kontrak Februari 2020 melorot 12,10 poin atau 0,78 persen ke level US$1.548,10 per troy ounce pukul 15.51 WIB, setelah ditutup melemah 0,90 persen di posisi 1.560,20 pada Rabu (8/1/2020).
Harga emas turun di tengah tanda-tanda de-eskalasi ketegangan antara Amerika Serikat dan Iran.
“Penurunan emas merupakan reaksi terhadap serangan Iran yang kini tampak jelas menjadi de-eskalasi, dan pihak Trump sepertinya menangkap hal itu,” terang Tai Wong, kepala perdagangan derivatif logam di BMO Capital Markets.
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta merosot Rp17.000 menjadi level Rp782.000 per gram. Adapun harga pembelian kembali atau buyback emas meluncur Rp18.000 menjadi Rp696.000 per gram.