Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Terancam Terdepresiasi Pekan Ini

Mata uang Garuda terancam terdepresiasi pada perdagangan pekan ini seiring dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah sehingga menjauhkan investor dari aset berisiko, termasuk rupiah.
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menata uang rupiah di Cash Center Bank BNI di Jakarta, Rabu (10/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Mata uang rupiah terancam terdepresiasi pada perdagangan pekan ini seiring dengan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah sehingga menjauhkan investor dari aset berisiko, termasuk rupiah.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa memanasnya hubungan antara AS dan Iran setelah serangan rudal AS yang menewaskan Jenderal Iran Qassem Soleimani dan komandan milisi Irak Abu Mahdi al-Muhandis menyebabkan harga minyak naik cukup tajam sehingga menjadi sentimen negatif bagi rupiah.

Seperti yang diketahui, saat ini Indonesia merupakan salah satu negara net importir minyak di kawasan Asia Tenggara sehingga setiap kenaikan harga minyak akan memberi tekanan terhadap mata uang garuda.

“Saat harga minyak naik, biaya impor komoditas ini akan ikut melejit. Ketika semakin banyak devisa yang dibakar untuk impor minyak, rupiah akan menjadi korban,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Minggu (5/1/2020).

Padahal, pada awal perdagangan tahun ini rupiah tengah dibayangi sentimen positif, seperti kesepakatan dagang tahap pertama antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia, AS dan China.

Kedua negara tersebut direncanakan siap untuk menggelar upacara resmi untuk menandatangani kesepakatan pada 15 Januari, menjadi sebuah kepastian pada pasar yang telah menanti damai dagang dari AS dan China.

Adapun, pada penutupan perdagangan pekan lalu, Jumat (3/1/2020), rupiah berada di level Rp13.930 per dolar AS, melemah 0,27% atau 37 poin. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak stabil cenderung melemah di level 96,838.

Ibrahim memprediksi pada perdagangan awal pekan ini, Senin (6/1/2020), rupiah masih bergerak terdepresiasi di kisaran level Rp13.895 hingga Rp13.980 per dolar AS.

Padahal, rupiah berhasil menutup perdagangan tahun lalu cukup impresif. Sepanjang 2019, rupiah berhasil menduduki posisi ketiga sebagai mata uang dengan kinerja terbaik di Asia.

Mata uang rupiah berhasil menguat sebesar 3,3% sepanjang tahun, persis di bawah posisi peso Filipina yang menguat 3,58% dan baht Thailand yang menguat sebesar 8,02%.

Di sisi lain, Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee dalam keterangan resminya mengatakan bahwa situasi pasar Indonesia pada pekan ini masih akan cenderung sepi.

“Faktor utama adalah sebagian besar pelaku pasar masih berlibur sampai awal pekan ini. Selain itu banjir yang terjadi diberbagai wilayah Jabotabek telah menurunkan aktifitas transaksi di pasar,” ujar Hans Kwee dalam keterangan resminya, Minggu (5/1/2020).

Selain itu, pasar juga akan fokus terhadap angka inflasi yang keluar di awal 2020, menunjukan inflasi Desember 2019 hanya sebesar 0,34% jauh di bawah harapan pasar, sedangkan inflasi secara year on year hanya 2,72% di bawah inflasi 2017 sebesar 3,61% dan 2018 sebesar 3,13%.

Dia mengatakan bahwa rendahnya angka inflasi dapat memberi ruang bagi Bank Indonesia untuk melanjutkan penurunan suku bunga, apalagi bila angka pertumbuhan terus mengecewakan.

Namun, di sisi lain perlambatan angka inflasi juga sering kali mengindikasikan perlambatan pertumbuhan ekonomi yang mungkin hanya akan tumbuh 4,9% sampai 5,04% dan inflasi rendah juga sering mengindikasikan lemahnya daya beli masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper