Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ringkasan Perdagangan 30 Desember: IHSG Gagal Tembus 6.300, Rupiah Berakhir Menguat

Indeks harga saham gabungan (IHSG) berakhir melemah pada perdagangan hari terakhir di tahun 2019.
Pengunjungi mengamati layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta./Antara-Dhemas Reviyanto
Pengunjungi mengamati layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta./Antara-Dhemas Reviyanto

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks harga saham gabungan (IHSG) berakhir melemah pada perdagangan hari terakhir 2019.

Di sisi lain, rupiah mampu berakhir menguat dan telah terapresiasi hingga 3,3 persen sepanjang tahun ini.

Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis pada Senin (30/12/2019):

IHSG Gagal Tembus Level 6.300

Indeks harga saham gabungan ditutup di teritori merah pada hari terakhir perdagangan bursa pada tahun ini.

Berdasarkan data Bloomberg, IHSG terkoreksi 29,77 poin atau -0,47% ke level 6.299,54 pada akhir perdagangan Senin (30/12/2019). Kendati gagal menembus level 6.300, IHSG mencetak return positif 1,7% dari penutupan akhir 2018 di level 6.194,49.

Penutupan perdagangan BEI pada 2019 yang berlangsung hari ini dihadiri oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nurhaida, Direktur Utama BEI Inarno Djajadi, Direktur Utama Kustodian Sentral Efek Indonesia Uriep Budhi Prasetyo, dan Direktur Utama Kliring Penjaminan Efek Indonesia Sunandar.

Sri Mulyani hadir untuk mewakili Presiden Joko Widodo yang melakukan kunjungan kerja ke Semarang. Dalam sambutannya, Sri Mulyani mengharapkan pasar modal bisa menopang pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ditutup di Zona Hijau, Rupiah Menguat 3,3 Persen Sepanjang 2019

Rupiah menutup perdagangan Senin (30/12/2019) menguat seiring dengan optimisme damai dagang antara AS dan China masih membayangi pasar.

Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp13.924 per dolar AS, menguat 0,2% atau 27 poin. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,12% menjadi 96,8.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa optimisme masih menjadi sentimen utama pasar pada akhir perdagangan tahun ini. Pasar percaya apabila kesepakatan tahap pertama dapat ditandatangani oleh AS dan China, maka kedua negara tersebut berpeluang besar untuk mendapatkan kesepakatan tahap selanjutnya.

“Oleh karena itu, dengan tanda tangan tersebut perang dagang diyakini dapat berakhir dan pertumbuhan ekonomi global diharapkan bisa bangkit pada tahun depan,” ujar Ibrahim seperti dikutip dari keterangan resminya, Senin (30/12/2019).

 

Bursa Asia Menguat ke Level Tertinggi 18 Bulan

Indeks MSCI Asia Pacific di luar Jepang naik ke level tertinggi sejak 19 Juni 2018, sebelum memangkas kenaikan setelahnya dan bertahan dengan penguatan 0,05 persen.

Sementara itu, indeks CSI 300 China yang sempat dibuka melemah, berbalik melonjak 1,13 persen, didukung oleh laporan bahwa penjualan ritel 2019 diperkirakan akan naik 8 persen dan harapan bahwa acuan suku bunga floating untuk pinjaman dapat menurunkan biaya dan mendorong pertumbuhan ekonomi.

Tetapi saham Australia berakhir 0,25 persen lebih rendah karena investor terus mengonsolidasikan kenaikan baru-baru ini.

Sementara itu, indeks saham Nikkei 225 Jepang mengakhiri hari perdagangan terakhir tahun ini dengan pelemahan 0,76 persen. Indeks menguat hingga 18,2 persen pada tahun ini, setelah turun 12,8 persen tahun lalu.

Timur Tengah Kembali Menegang, Harga Minyak Menanjak

Harga minyak bergerak di sekitar level tertinggi pada perdagangan Senin (30/12/2019) seiring dengan tekanan pasokan dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 12.54 WIB harga minyak jenis WTI untuk kontrak Februari 2020 di bursa Nymex bergerak menguat 0,1% menjadi US$61,78 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak Februari di bursa ICE bergerak menguat 0,29% menjadi US$68,36 per barel.

Analis Pasar CMC Markets Margaret Yang mengatakan bahwa terdapat banyak katalis positif yang mendorong harga minyak lebih tinggi pada awal perdagangan pekan ini.

“Katalis positif pendorong minyak mentah dalam beberapa perdagangan terakhir adalah optimisme perdagangan AS dan China, penurunan besar dalam stok minyak AS, pelemahan dolar AS, dan yang terbaru serangan rudal di Timur Tengah,” ujar Margaret seperti dikutip dari Reuters, Senin (30/12/2019).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper