Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Timur Tengah Kembali Menegang, Harga Minyak Menanjak

Analis Pasar CMC Markets Margaret Yang mengatakan bahwa terdapat banyak katalis positif yang mendorong harga minyak lebih tinggi pada awal perdagangan pekan ini.
Sebuah pompa minyak terlihat saat matahari terbenam di luar Scheibenhard, dekat Strasbourg, Prancis, 6 Oktober 2017./REUTERS-Christian Hartmann
Sebuah pompa minyak terlihat saat matahari terbenam di luar Scheibenhard, dekat Strasbourg, Prancis, 6 Oktober 2017./REUTERS-Christian Hartmann

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak bergerak di sekitar level tertinggi pada perdagangan Senin (30/12/2019) seiring dengan tekanan pasokan dan meningkatnya ketegangan di Timur Tengah.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 12.54 WIB harga minyak jenis WTI untuk kontrak Februari 2020 di bursa Nymex bergerak menguat 0,1% menjadi US$61,78 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis Brent untuk kontrak Februari di bursa ICE bergerak menguat 0,29% menjadi US$68,36 per barel.

Analis Pasar CMC Markets Margaret Yang mengatakan bahwa terdapat banyak katalis positif yang mendorong harga minyak lebih tinggi pada awal perdagangan pekan ini.

“Katalis positif pendorong minyak mentah dalam beberapa perdagangan terakhir adalah optimisme perdagangan AS dan China, penurunan besar dalam stok minyak AS, pelemahan dolar AS, dan yang terbaru serangan rudal di Timur Tengah,” ujar Margaret seperti dikutip dari Reuters, Senin (30/12/2019).

Pada Minggu (29/12/2019), sebuah rudal ditembakkan oleh kelompok Houthi yang berpihak kepada Iran menyerang parade militer di kota Al-Dhalea Yaman, menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai beberapa pasukan separatis selatan sekutu pemerintah yang menguasai daerah itu.

Sebelumnya, pada Sabtu (28/12/2019) para demonstran di Irak memaksa penutupan ladang minyak Nassiriya selatan Irak, sementara AS melakukan serangan udara di Irak dan Suriah terhadap kelompok milisi Kataib Hezbollah.

Para pejabat AS mengatakan bahwa serangan udara sebagai tanggapan atas pembunuhan seorang kontraktor sipil AS dan memperingatkan tindakan tambahan masih dapat diambil.

Di sisi lain, Kementerian Perminyakan Irak mengatakan, penghentian produksi di ladang minyak Nassiriya tidak akan mempengaruhi ekspor dan operasi produksi negara itu karena akan menggunakan output tambahan dari ladang minyak selatan di Basra.

Sejumlah serangan tersebut, telah meningkatkan ketegangan di wilayah utama produsen minyak dunia berkumpul sehingga pasar khawatir hal tersebut akan memberi tekanan pada pasokan.

Selain itu, katalis positif lainnya Kementerian Perdagangan China kembali menegaskan pihaknya masih berhubungan erat dengan AS dan semakin dekat menuju penandatanganan perjanjian perdagangan yang telah lama ditunggu-tunggu.

Adapun, kedua negara pada 13 Desember, mengumumkan perjanjian fase satu yang mengurangi beberapa tarif AS dan menjadi lompatan besar dalam pembelian produk pertanian AS dan barang-barang lainnya oleh China.

Harga minyak juga didukung oleh penurunan yang lebih besar dari perkiraan dalam stok minyak mentah AS. Berdasarkan data Reuters, stok minyak AS turun sebesar 5,5 juta barel dalam sepekan hingga 20 Desember, lebih besar daripada estimasi pasar yang memperkirakan hanya turun sebesar 1,7 juta barel.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper