Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Menanti RDG Bank Indonesia, Rupiah Bergerak Terbatas

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (18/12/2019) rupiah ditutup di level Rp13.988 per dolar AS, menguat tipis 0,064% atau hanya naik 9 poin.
Petugas menata uang Dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (28/11/2019)./ ANTARA-Aditya Pradana Putra
Petugas menata uang Dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (28/11/2019)./ ANTARA-Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA - Rupiah bergerak terbatas pada perdagangan Rabu (18/12/2019) seiring dengan pasar menanti hasil Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia dan belum adanya perkembangan lanjutan terkait kesepakatan dagang tahap pertama antara AS dan China.

Kepala Ekonom dan Strategi Mizuho Bank Singapura Vishnu Varathan mengatakan bahwa pasar tengah menanti hasil pertemuan terakhir Bank Indonesia pada tahun ini terkait kebijakan moneternya.

Berdasarkan jajak pendapat ekonom yang dilakukan oleh Bloomberg, sebanyak 24 dari total 27 ekonom memperkirakan Bank Indonesia mempertahankan tingkat suku bunga acuannya dan bertahan di level 5%. Adapun, Rapat Dewan Gubernur atau RDG Bank Indonesia berlangsung pada 18-19 Desember 2019.

“Karena Bank Indonesia secara luas diperkirakan mempertahankan suku bunga acuannya, rupiah kemungkinan akan diperdagangkan di kisaran Rp13.900 per dolar AS hingga Rp14.150 per dolar AS dalam waktu dekat,” ujar Vishnu seperti dikutip dari Bloomberg, Rabu (18/12/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (18/12/2019) rupiah ditutup di level Rp13.988 per dolar AS, menguat tipis 0,064% atau hanya naik 9 poin. Di sisi lain, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak menguat 0,05% menjadi 97,274.

Selain itu, Vishnu mengatakan bahwa konsolidasi rupiah tersebut mencerminkan optimisme yang terukur tentang kesepakatan dagang tahap pertama antara AS dan China.

Namun, Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa euforia diperolehnya perjanjian tahap pertama perang dagang tersebut telah memudar dan pasar menanti kejelasan lebih lanjut terhadap isi perjanjian tersebut dan dampaknya terhadap pertumbuhan ekonomi global.

Lembaga pemeringkat Fitch mengatakan bahwa kesepakatan itu meredakan ketegangan AS-China tetapi peningkatan eskalasi tetap menjadi risiko yang signifikan, dengan masalah teknologi yang menjadi penghalang bagi resolusi penuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper