Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

The Fed Pesimistis, Dolar AS Melemah

Hingga pukul 12.45 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,07% menjadi 97,057.
Petugas menata uang Dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (28/11/2019)./ ANTARA-Aditya Pradana Putra
Petugas menata uang Dolar AS di Cash Pooling Bank Mandiri, Jakarta, Kamis (28/11/2019)./ ANTARA-Aditya Pradana Putra

Bisnis.com, JAKARTA - Dolar Amerika Serikat anjlok pada perdagangan Kamis (12/12/2019) setelah The Fed memutuskan untuk mempertahankan suku bunga acuannya pada Desember, seperti yang diharapkan, dan memberikan prospek ekonomi lebih rendah daripada yang diharapkan pasar.

Berdasarkan data Bloomberg, pada awal perdagangan Kamis (12/12/2019) dolar AS sempat mencapai titik terendahnya dalam lebih dari sebulan terhadap euro di US$1,1133 per euro. Hingga pukul 12.45 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,07% menjadi 97,057.

Analis Commonwealth Bank of Australia Joe Capurso mengatakan bahwa langkah The Fed untuk mempertahankan suku bunga acuan seharusnya dapat membuat dolar AS menguat, tetapi prospek inflasi dari The Fed telah menutup ekspektasi pasar terhadap perubahan suku bunga acuan dalam waktu dekat, mendorong imbal hasil obligasi turun.

Imbal hasil Treasury AS jatuh melintasi kurva, dengan obligasi untuk tenor 10 tahun turun sekitar 5 basis poin menjadi 1,79%.

Ketua Fed Jerome Powell mengumumkan keputusannya untuk mempertahankan suku bunga stabil pada FOMC Desember (10-11 Desember), seperti yang diharapkan pasar. Namun, The Fed memperkirakan pertumbuhaan ekonomi AS yang moderat dan melambat hingga 2020 dan 2021.

“The Fed tidak optimis seperti yang dipikirkan orang, dan itu konsisten dengan dolar AS yang lebih rendah dan penurunan imbal hasil obligasi yang kita lihat,” ujar Joe seperti dikutip dari Reuters, Kamis (12/12/2019).

Akibat hal tersebut pun akhirnya Presiden AS Donald Trump mendapatkan keinginannya, yaitu greenback yang lebih rendah, setelah berkali-kali mengeluh terhadap kuatnya dolar AS dan mendesak Jerome Powell untuk membuat dolar AS lemah.

Pekan lalu, melalui akun twitternya, Presiden AS Donald Trump kembali mengeluhkan penguatan dolar AS sehingga membuat manufaktur dalam negeri terkontraksi. Trump pun kembali menyalahkan Ketua Fed Jerome Powell atas hal tersebut.

Sepanjang tahun berjalan 2019, indeks dolar AS telah bergerak menguat 0,92%.

Di sisi lain, Presiden AS Donald Trump direncanakan untuk bertemu dengan para penasihat perdagangan AS pada Kamis (12/12) mengenai batas waktu tarif impor AS untuk produk China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper