Bisnis.com, JAKARTA – Harga acuan minyak mentah masih memanas pada Senin (2/12/2019), seiring kabar bahwa OPEC dan sekutu mereka akan memangkas lebih curam produksi pada tahun depan.
Data Bloomberg memperlihatkan, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat 1,24 poin atau 2,25% ke level US$56,41 per barel, pukul 16:28 WIB, sedangkan harga minyak mentah Brent menguat 1,22 poin atau 2,02% menjadi US$61,71 per barel.
Pekan lalu, kedua harga acuan itu sempat terperosok tajam. WTI membukukan kerugian 4,63% atau 2,69 poin ke posisi US$55,42 per barel. Adapun Brent turun 3,98% atau 2,52 poin menjadi US$60,75 per barel.
Irak, salah satu anggota OPEC memberi sinyal bahwa OPEC+ bakal mempertimbangkan pemangkasan produksi lebih dalam, guna menaikkan harga. Kepada reporter di Baghdad, Minggu (1/12/2019) waktu setempat, Menteri Perminyakan Irak Thamir Ghadbah mengatakan, pengurangan produksi itu bisa sekitar 400.000 barel per hari. Dia menambahkan, negaranya pun tunduk dengan komitmen untuk mengurangi produksi pada bulan lalu.
Sementara itu, Nigeria, anggota OPEC telah berkomitmen untuk mengimplementasikan penuh kesepakatan pemotongan produksi antara OPEC dan anggota non-OPEC tersebut.
Dilansir dari Reuters, Senin (2/12/2019), Timpre Sylva, Menteri Perminyakan Nigeria mengatakan, dia telah memberi kabar Menteri Energi Arab Saudi Abdulaziz bin Salman bahwa komitmen Nigeria telah meninggkat sejak Agustus.
Baca Juga
Para menteri OPEC dijadwalkan bertemu di Wina, Austria pada 5 Desember mendatang. Sehari berikutnya mereka akan bertemu dengan mitra non-OPEC untuk memutuskan kesepakatan pemangkasan saat ini, yang akan berakhir pada Maret mendatang.
Pertemuan juga akan meninjau prospek untuk pasar minyak pada paruh pertama 2020.
Sylva mengatakan, negara anggota OPEC telah secara konsisten bertemu dan melampaui target pemangkasan produksi. Dalam hal ini, Nigeria telah mencapai 100% kepathuan pada November. “Hal ini telah membawa kembali stabilitas di pasar minyak,” katanya.
Produksi minyak mentah Nigeria pada kuartal III tahun ini mencapai 2,04 juta barel per hari,tertinggi sejak kuartal pertama 2016. Produksi minyak tersebut telah menolong ekonomi Nigeria tumbuh 2,28% pada tiga bulan hingga September mendatang.
Dalam perkembangan lain, turut menopang harga, indeks manufaktur China lompat tak terduga pada November, mengindikasikan pemulihan aktivitas ekonomi di konsumen minyak terbesar dunia tersebut.