Bisnis.com, JAKARTA - Produsen keju Prochiz, PT Mulia Boga Raya Tbk., bakal meningkatkan utilisasi pabrik menjadi 80 persen setelah mengantongi dana dari hasil penawaran umum perdana saham senilai Rp75 miliar.
Corporate Secretary Mulia Boga Raya Fridolina Alexandra Liliana mengatakan perseroan menggunakan dana hasil penawaran umum perdana saham (Initial Public Offering/IPO) setelah dikurangi seluruh biaya emisi, untuk modal kerja guna menunjang pembiayaan kegiatan operasional dan produksi. Dengan modal kerja tersebut, perusahaan dapat memacu utilisasi pabrik rata-rata 71 persen menjadi 80 persen.
Emiten bersandi saham KEJU itu mengoperasikan 1 pabrik utamanya di Kawasan Industri Internasional Bekasi, dengan luas area mencapai 4.800 meter persegi. Luas bangunan pabrik mencapai 3.360 meter persegi yang terdiri atas 7 line produksi dengan kapasitas produksi pabrik mencapai lebih dari 30.000 metrik ton per tahun.
Dalam 2 tahun ke depan, perseroan juga siap menambah kapasitas produksi dengan membangun pabrik baru. KEJU berencana menyiapkan investasi senilai Rp53 miliar pada 2021.
"Ke depan, kapasitas produksi nantinya meningkat sekitar 30 persen," papar Fridolina usai IPO KEJU di Bursa Efek Indonesia (BEI), Jakarta, Senin (25/11/2019).
Sampai akhir tahun ini, KEJU bakal mengejar target penjualan sebesar Rp950 miliar atau tumbuh 11 persen secara tahunan serta laba bersih Rp90 miliar atau tumbuh 33 persen secara tahunan. Per 30 September 2019, perseroan telah membukukan penjualan sebesar Rp800 miliar dan laba bersih Rp60 miliar.
Baca Juga
Dia melanjutkan perseroan masih melihat prospek yang cerah di masa mendatang seiring dengan pasar keju yang terus berkembang. KEJU mengklaim sebagai pemilik pangsa pasar terbesar kedua di Indonesia, dengan porsi sekitar 20 persen, melalui merek Prochiz dan Top Chiz.
Untuk itu, Mulia Boga Raya masih memasang target pertumbuhan sekitar 10 persen atau menjadi Rp1,05 triliun pada tahun depan. Pada 2021, penjualan ditargetkan dapat mencapai Rp1,3 triliun atau tumbuh di atas 20 persen.
Perseroan juga terus berinovasi guna mengejar target penjualan dan memastikan pasokan bahan baku. Dalam menjalankan kegiatan operasionalnya, perseroan memiliki ketergantungan terhadap pemasok Cheddar alami yakni Fonterra Co-operative Group Limited, produsen susu multinasional Selandia Baru.
"Buffer stock kami 3 bulan," ungkap Fridolina.
KEJU memiliki 71 titik distribusi di 36 kota besar melalui 44 distributor pihak ketiga yang melayani 22 institusi modern trade dengan jumlah mencapai 3.385 outlet, 21.356 toko dan pedagang dari general trade, serta 1.476 pelanggan dari Food Service Channel.
Perseroan juga berencana melakukan pembayaran dividen kas (Rupiah) sebanyak-banyaknya 40 persen untuk masa yang akan datang mulai 2020, berdasarkan laba bersih 2019.