Bisnis.com, JAKARTA - PT Kereta Api Indonesia (Persero) membidik dana senilai Rp2 triliun dari penerbitan obligasi.
Dalam prospektus ringkas yang dipublikasikan Jumat (8/11/2019), KAI menyampaikan obligasi tersebut terbagi dalam dua seri. Namun, perseroan belum mengungkap jumlah pokok, tenor, dan tingkat bunga untuk masing-masing seri.
Perusahaan pelat merah itu mengungkapkan bahwa dana hasil penerbitan obligasi akan digunakan untuk membayar sebagian saldo pokok pinjaman terutang kepada PT Bank HSBC Indonesia. Pinjaman itu ditarik KAI untuk mendanai pengadaan kereta.
Nilainya sebesar Rp1,2 triliun atau sekitar 85% dari total pinjaman terutang Rp1,4 triliun yang akan jatuh tempo pada 4 Desember 2019. Dengan demikian, setelah pembayaran itu, KAI masih memiliki saldo pinjaman terutang kepada KAI senilai Rp200 miliar.
Sisa pinjaman terutang itu akan dibayar dengan penarikan pinjaman melalu bank selain Bank HSBC Indonesia.
Selain untuk membayar utang, KAI akan menggunakan sisa dana hasil penerbitan obligasi untuk pengadaan sarana baru dan pembaruan sarana. Menurut Manajemen KAI, titik utama pembaruan sarana ialah melakukan repowering, yaitu peningkatan daya atau kekuatan sarana meliputi pekerjaan penggantian mesin sarana.
Baca Juga
Repowering itu mencakup kereta penumpang, gerbong barang, pembaharuan lokomotif dan atau kereta diesel, dan sarana lain-lain.
Tujuannya untuk meningkatkan kapasitas produksi dan atau peningkatan layanan baik untuk angkutan penumpang maupun barang.
Obligasi itu ditangani oleh lima perusahaan efek sebagai penjamin pelaksana emisi obligasi. Mereka ialah, Bahana Sekuritas, BCA Sekuritas, BNI Sekuritas, Danareksa Sekuritas, dan Mandiri Sekuritas.
Obligasi yang memiliki peringkat idAAA dari Pefindo itu akan memulai masa penawaran awal pada 11 November hingga 25 November 2019. Setelah itu, masa penawaran umum diperkirakan berlangsung pada 6 Desember hingga 9 Desember 2019.