Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sritex (SRIL) Bakal Terbitkan Global Bond US$225 Juta

Sritex akan menggunakan sebagian dari hasil penerbitan surat utang untuk membayar US$175 juta yang akan jatuh tempo pada 2021.
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (dari kiri), Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Presdir PT Sritex Tbk Iwan Setiawan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menekan tombol saat peresmian perluasan Pabrik PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Tbk di Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (21/4)./Mohammad Ayudha
Presiden Joko Widodo (tengah) bersama Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto (dari kiri), Menteri Koordinator Perekonomian Darmin Nasution, Presdir PT Sritex Tbk Iwan Setiawan dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo menekan tombol saat peresmian perluasan Pabrik PT Sri Rejeki Isman (Sritex) Tbk di Sukoharjo, Jawa Tengah, Jumat (21/4)./Mohammad Ayudha

Bisnis.com, JAKARTA - PT Sri Rejeki Isman Tbk. berencana menerbitkan global bond sebesar US$225 juta untuk membiayai kembali surat utang yang akan jatuh tempo.

Dalam keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia pada Rabu (9/10/2019), perusahaan tekstil dan garmen ini akan menerbitkan surat utang baru dalam denominasi mata uang dolar Amerika Serikat dalam jumlah pokok sebanyak-banyaknya US$225 juta.

Surat utang baru ini dijamin oleh PT Sinar Pantja Djaja (SPD), PT Biratex Industries (BIS), dan PT Primayudha Mandirijaya (PMJ), anak perusahaan perseroan.

"Surat utang akan ditawarkan kepada investor di luar wilayah negara Republik Indonesia. Setelah surat utang diterbitkan dan ditawarkan, surat utang tersebut akan didaftarkan dan dikutip dalam daftar resmi dari SGX-ST," terang Wakil Direktur Utama Sri Rejeki Isman, Iwan Kurniawan Lukminto.

Moody's Investor Service memberikan peringkat Ba3 untuk rencana obligasi global tanpa jaminan yang akan diterbitkan oleh PT Sri Rejeki Isman Tbk.

Sritex akan menggunakan sebagian dari hasil penerbitan surat utang untuk membayar US$175 juta yang tersisa dari surat utang US$350 juta yang jatuh tempo pada 2021, serta sisanya untuk modal kerja dan kebutuhan umum lainnya.

"Refinancing ini akan memperpanjang profil jatuh tempo, dengan jatuh tempo besar berikutnya US$350 juta pada 2022," terang analis Moody's Stephanie Cheong.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Azizah Nur Alfi
Editor : Ana Noviani
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper