Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emas Gagal Menguat Meskipun Penguatan Dolar AS Mereda

Data manufaktur AS menjadi penekan pergerakan harga emas.
Emas batangan di London, Inggris./Reuters
Emas batangan di London, Inggris./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA -- Harga emas melanjutkan pelemahan walaupun penguatan dolar AS telah mereda akibat data manufaktur AS dirilis lebih lemah dibandingkan harapan pasar, sehingga membuka kembali ruang pemangkasan suku bunga acuan oleh The Fed.

Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Rabu (2/10/2019) hingga pukul 13.32 WIB, harga emas di pasar spot bergerak melemah 0,24 persen menjadi US$1.475 per troy ounce, sedangkan harga emas berjangka untuk kontrak Desember 2019 di bursa Comex melemah 0,52 persen menjadi US$1.481,2 per troy ounce.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang bergerak cenderung stabil di level 99,218. Pada perdagangan sebelumnya, indeks dolar AS mencapai level tertingginya yaitu bergerak di atas 99,5. 

Emas gagal mempertahankan posisinya sebagai aset investasi aman di tengah kontraksi sektor manufaktur AS pada bulan lalu ke level terlemah dalam lebih dari satu dekade, karena kondisi bisnis semakin memburuk di tengah ketegangan perdagangan dengan China.

Padahal, pasar ekuitas AS telah berubah ke zona merah dan dolar AS memangkas keuntungannya sehingga mundur dari level puncak multi-tahun setelah data. 

Ahli Strategi Komoditas RJO Futures Phillip Streible mengatakan indikator tersebut kembali menunjukkan kemungkinan adanya koreksi yang signifikan dalam perekonomian dan para trader seharusnya kembali mengumpulkan aset safe haven.

“Data yang lebih lemah ini mungkin mendukung penurunan suku bunga The Fed lagi dan sebagai hasilnya, logam mungkin mendapatkan bonus untuk bergerak lebih tinggi," ujarnya seperti dilansir Reuters, Rabu (2/10).

Sebagian besar investor telah menetapkan harga emas tanpa harapan adanya penurunan suku bunga lebih lanjut dari pertemuan Fed, karena data ekonomi yang lebih kuat dan mengurangi kekhawatiran resesi global.

The Fed terakhir kali memangkas suku bunga pada September 2019, yang menjadi pemangkasan kedua pada tahun ini.

Sementara itu, analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan menuturkan harga emas berpotensi tertekan dan diproyeksi bergerak turun dalam jangka pendek serta menguji level support di US$1.473 per troy ounce.

Dia menilai pelemahan lebih lanjut dari level tersebut berpeluang untuk menekan harga emas menguji level support lainnya di US$1.470 per troy ounce dan US$1.466 per troy ounce. 

“Namun, potensi pelemahan dolar AS masih berpotensi menopang kenaikan harga emas menguji level resisten di US$1.483 per troy ounce, dan kenaikan lebih tinggi dari level resisten tersebut berpotensi menopang harga emas menguji level resisten selanjutnya di US$1.487 per troy ounce hingga US$1.490 per troy ounce,” papar Yudi dalam publikasi risetnya, Rabu (2/10).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Finna U. Ulfah
Editor : Annisa Margrit
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper