Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak mentah berjangka bangkit pada Selasa (1/10/2019), menyusul laporan bahwa produksi dari produsen minyak terbesar dunia turun selama kuartal ketiga tahun ini.
Data Bloomberg memperlihatkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) kontrak November 2019 menguat 1,05% atau 0,57 poin ke posisi US$54,64 per barel, pukul 17:26 WIB. Adapun harga minyak mentah Brent kontrak pengiriman Desember 2019 menguat 0,95% atau 0,56 poin ke posisi US$59,81 per barel.
Sementara kedua harga acuan tersebut membukukan penurunan kuartalan terbesar tahun ini Senin (30/9/2019), terpapar oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi global di tengah perang perdagangan AS-China.
"Meskipun minyak telah diberikan kesempatan untuk melonjak jauh di atas US$70 per barel karena peristiwa geopolitik, faktanya tidak berlanjut,” kata Tamas Varga dari pialang minyak PVM seperti dikutip dari Reuters, Selasa (1/10).
Menurutnya, hal ini menunjukkan bahwa pasar tidak khawatir tentang kekurangan pasokan akhirnya, tetapi khawatir tentang resesi global dan kemungkinan tentang surplus pasokan tahun depan.
Survei Reuters menunjukkan bahwa harga minyak kemungkinan akan tetap stabil, dengan Brent rata-rata US$65,19 per barel dan WTI US$57,96 pada 2019, karena permintaan yang melemah melebihi guncangan pasokan.
Baca Juga
Survei tersebut juga menemukan bahwa produksi dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak Bumi (OPEC) turun ke level terendah dalam 8 tahun pada September menjadi 28,9 juta barel per hari, turun 750.000 barel per hari dari angka revisi Agustus dan total bulanan terendah sejak 2011.
Sementara itu, produksi minyak dua produsen terbesar dunia, Amerika Serikat dan Rusia, juga turun masing-masing pada Juli dan September.
“Untuk Rusia turun menjadi 11,24 juta barel per hari pada 1-29 September, menyusut dari 11,29 juta barel per hari pada bulan sebelumnya,” kata sumber.
Meskipun demikian, volume produksi itu masih di atas kuota yang ditetapkan dalam kesepakatan produksi antara Rusia dan OPEC.
Untuk produksi AS, menurut laporan bulanan Administrasi Informasi Energi AS yang dirilis pada Senin (1/10/2019), turun 276.000 barel per hari pada Juli menjadi 11,81 juta barel per hari karena produksi di Teluk Meksiko turun. Produksi AS memuncak pada 12,12 juta barel per hari pada April lalu.
Di lain pihak, berita bahwa Saudi Aramco telah memulihkan produksi minyak penuh dan kapasitas ke tingkat yang mereka miliki sebelum serangan terhadap fasilitasnya pada 14 September membebani harga minyak pada awal pekan ini. Arab Saudi memompa sekitar 9,78 juta barel per hari pada Agustus.
Sementara itu, sebuah jajak pendapat pendahuluan menunjukkan bahwa stok minyak mentah AS kemungkinan naik 1,1 juta barel pekan lalu.