Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas bergerak melemah pada perdagangan Selasa (1/10/2019). Emas menuju level terendah dalam 2 bulan terakhir dipicu oleh ketidakpastian yang timbul dari perang perdagangan AS-China sehingga mendorong dolar AS bergerak lebih tinggi.
Ahli Strategi R.J. O'Brien & Associates Phil Streible mengatakan bahwa harga emas berjangka jatuh ke level terendahnya dalam dua bulan terakhir setelah sebagian Pemerintahan AS menolak untuk menargetkan pasar modal China dalam retorika perang dagang, yaitu dengan menghapus perusahaan China yang terdaftar di pasar saham AS.
Spekulasi meningkat bahwa Pemerintah AS mengeluarkan pernyataan tersebut untuk mendorong China bergerak lebih dekat untuk menandatangani kesepakatan perdagangan dengan AS.
Sentimen tersebutpun telah mendorong investor untuk memilih mengumpulkan dolar AS sebagai aset safe haven dibandingkan dengan emas sehingga indeks dolar AS bergerak lebih kuat, mencapai level tertingginya untuk tahun ini di sekitar 99,5.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (1/10/2019) hingga pukul 15.09 WIB, harga emas berjangka untuk kontrak Desember 2019 di bursa Comex bergerak melemah 0,37% menjadi US$1.467,4 per troy ounce. Sementara itu, harga emas di pasar spot bergerak melemah 0,82% menjadi US$1.460,36 per troy ounce.
“Kekuatan dalam greenback adalah angin penghalang terbesar untuk emas saat ini," ujar Phill seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (1/10/2019).
Baca Juga
Prospek bullish dinilai telah memudar setelah investor mengambil posisi net-long pada emas setelah mencapai level tertingginya. Adapun, kinerja penguatan emas pada kuartal ketiga tidak sebaik yang diharapkan pasar.
Padahal emas telah bergerak cukup kuat pada perdagangan empat kuartal berturut-turut, yang menjadi penguatan beruntun terpanjang emas dalam 8 tahun terakhir.
Emas telah naik 5,7% sepanjang kuartal ketiga tahun ini, lebih rendah dibandingkan dengan pergerakan emas pada kuartal kedua tahun ini yang mampu menguat 9,7%. Reli emas kala itu terjadi ketika mayoritas bank sentral di dunia memangkas suku bunga acuannya di tengah perang dagang AS-China yang menghambat pertumbuhan global.
Ketegangan geopolitik dan kemungkinan Presiden AS Donald Trump akan menghadapi impeachment juga menambah ketidakpastian global. Selain itu, kekhawatiran tentang keluarnya Inggris dari Uni Eropa tanpa kesepakatan juga mampu memicu permintaan emas
“Terlalu banyak peristiwa geopolitik yang dapat dengan mudah membuat emas seketika bergerak memburuk atau membaik," papar Phil.
Kepala Analisis Pasar EMEA and Asia INTL FCStone Inc Rhona O’Connell mengatakan bahwa dalam jangka pendek, prospek emas masih cukup bearish dengan gambaran teknis yang cenderung toppy atau kondisi yang menggambarkan pasar yang telah mencapai level tertinggi dan tidak berkelanjutan.