Bisnis.com, JAKARTA - Harga tembaga kembali tergelincir ditekan oleh sentimen kekhawatiran pasar terkait dengan permintaan yang lemah akibat perang dagang AS dan China yang berkepanjangan. Kendati demikian, data aktivitas industri China yang lebih baik daripada konsensus pasar memberikan dukungan pada harga logam industri itu.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Selasa (1/10/2019) hingga pukul 16.01 WIB, harga tembaga di bursa London turun 1,27% menjadi US$5.636 per ton. Harga logam yang banyak digunakan sebagai ukuran kesehatan ekonomi turun lebih dari 4% pada kuartal ketiga tahun ini.
Analis Commerzbank Daniel Briesemann mengatakan bahwa pasar masih menanti negosiasi perdagangan antara dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia. Hasil yang baik dari negosiasi tersebut tentu dapat membantu memulihkan sentimen pasar terhadap harapan membaiknya permintaan logam.
Pemerintah China berharap negosiasi kali ini dapat menyelesaikan sengketa perdagangan dan AS-China dapat bersikap tenang dan rasional menjelang menjelang pembicaraan yang diharapkan berlangusng di Washington pada 10-11 Oktober 2019.
Dolar AS yang bergerak lebih tinggi juga menjadi sentimen negatif bagi tembaga karena membuat logam merah tersebut diperdagangkan lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Tercatat, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor bergerak menguat 0,15% menjadi 99,508.
Baca Juga
“Namun, data PMI manufaktur China yang secara mengejutkan dirilis positif memberikan beberapa dukungan untuk harga tembaga dan logam lainnya,” ujar Daniel seperti dikutip dari Reuters, Selasa (1/10/2019).
Adapun, indeks PMI manufatkur China Caixin untuk periode September naik menjadi 51,4 dibandingkan dengan periode agustus sebesar 50,4. Pencapaian tersebut juga berhasil dirilis lebih baik dibandingkan dengan harapan pasar sebesar 50,2.
Survei resmi lainnya menunjukkan bahwa aktivitas pabrik diprediksi meningkat pada September karena membaiknya permintaan domestik, meskipun secara keseluruhan menyusut untuk 5 bulan berturut-turut karena pesanan ekspor baru terus turun.
Di sisi lain, permintaan tembaga oleh China, yang menyumbang hampir setengah dari permintaan tembaga global, diperkirakan hanya akan mencapai 24 juta ton tahun ini.
Selain itu, Bank Sentral China berencana untuk meningkatkan penyesuaian ekonomi untuk menghadapi perlambatan ekonomi sekaligus menyediakan likuiditas yang memadai dalam perekonomian.