Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berlanjut bersama nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di tengah tekanan sentimen politik dalam negeri.
Tak hanya membebani rupiah dan mayoritas mata uang Asia, penguatan dolar AS ikut membawa harga emas Comex menuju level terendahnya dalam 2 bulan terakhir.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Selasa (1/10/2019):
Seluruh Sektor Tertekan, IHSG Melemah Hari Ketiga
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup di level 6.138,25 dengan melemah 0,50 persen atau 30,85 poin, setelah berakhir di level 6.169,1 dengan pelemahan 0,45 persen atau 27,79 poin pada Senin (30/9).
Menurut tim riset Samuel Sekuritas Indonesia, pelemahan IHSG dipengaruhi oleh kondisi politik-sosial domestik yang kembali memanas akibat aksi demonstrasi dalam sepekan terakhir.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indeks Harga Konsumen pada September 2019 mengalami deflasi sebesar 0,27 persen. Posisi ini lebih rendah dari deflasi Agustus 2019 sebesar 0,68%,
Adapun nilai tukar rupiah ditutup melemah 21 poin atau 0,15 persen di level Rp14.216 per dolar AS, depresiasi hari perdagangan ketujuh berturut-turut, di tengah penguatan dolar AS.
Bursa Asia Menguat, Eropa Terbebani Data Manufaktur
Bursa Asia menguat bersama indeks futures Amerika Serikat (AS), sedangkan bursa Eropa berfluktuasi di tengah serangkaian risiko ekonomi.
Data manufaktur di Eropa menambah sentimen negatif bagi para investor yang telah terbebani sejumlah isu mulai dari berlarutnya perang dagang Amerika Serikat-China, Brexit, protes di Hong Kong hingga penyelidikan pemakzulan terhadap Presiden AS Donald Trump.
Meski demikian, awal pekan ini tampak mendukung aset-aset berisiko kemungkinan karena nilai aset-aset safe haven sudah terlihat mahal.
Begini Proyeksi Harga Minyak Mentah Global Hingga Akhir Tahun
Harga minyak mentah dunia kemungkinan tetap stabil pada tahun ini, karena guncangan pasokan dari Arab Saudi gagal mengangkat harga di pasar yang telah terpukul oleh lemahnya permintaan. Sementara itu, peringatan perlambatan ekonomi global meningkat.
Survei Reuters terhadap 53 ekonom dan analis memperkirakan harga minyak mentah Brent akan berada di level rata-rata US$65,19 per barel pada 2019, sedikit berubah dari perkiraan US$65,02 pada bulan lalu. Namun, sedikit lebih tinggi dari rata-rata US$64,76 sejak awal tahun ini.
Carsten Fritsch, analis senior komoditas di Commerzbank, mengatakan pasar minyak menghadapi masa-masa yang sulit. Serangan terhadap fasilitas minyak di Arab Saudi belum lama ini, dinilai menunjukkan risiko terhadap pasokan minyak sehingga lonjakan harga jangka pendek dapat terjadi kapan saja.
Dolar AS Menguat Jelang Rilis Data Manufaktur
Dolar Amerika Serikat diperdagangkan di zona hijau pada perdagangan Selasa (1/10/2019) menjelang rilis data sektor manufaktur AS, yang diharapkan meredakan kekhawatiran tentang dampak perang dagang China-AS.
Data aktivitas manufaktur AS dari Institute for Supply Management yang dijadwalkan rilis pada hari Selasa diperkirakan akan menunjukkan ekspansi pada bulan September.
Sementara itu, sejumlah data ekonomi dan komentar dari gubernur bank sentral pekan ini akan menetapkan sentimen untuk mata uang utama karena para pedagang mencoba untuk menentukan seberapa jauh langkah pembuat kebijakan untuk meningkatkan pertumbuhan.
Harga emas Comex untuk kontrak Desember 2019 terpantau naik tipis 1 poin atau 0,07 persen ke level US$1.473,90 per troy ounce pukul 19.04 WIB di tengah penguatan dolar AS.
Pada saat yang sama, indeks dolar AS yang melacak pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, terpantau menguat 0,164 poin atau 0,17 persen ke posisi 99,541.
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta terpantau melorot Rp10.000 ke Rp751.000 per gram. Adapun harga pembelian kembali atau buyback emas Antam turun Rp11.000 menjadi Rp672.000 per gram.