Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kompak melemah bersama nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di tengah tekanan faktor domestik dan global.
Aksi jual bersih oleh investor asing pun berlanjut. Investor asing terus mengurangi kepemilikan saham nasional di tengah meningkatnya demonstrasi di dalam negeri. Perkembangan ini menambah kekhawatiran pasar yang sudah terbebani perlambatan ekonomi.
Berikut adalah ringkasan perdagangan di pasar saham, mata uang, dan komoditas yang dirangkum Bisnis.com, Senin (30/9/2019):
IHSG & Rupiah Ditutup Melemah Lagi, Ini Faktor Penekannya
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup di level 6.169,1 dengan melemah 0,45 persen atau 27,79 poin dari level penutupan perdagangan sebelumnya.
Menurut tim riset Samuel Sekuritas Indonesia, IHSG terdampak sentimen negatif baik dari dalam dan luar negeri, di antaranya perang dagang Amerika Serikat dan China yang masih juga belum menemukan titik temu.
“Untuk situasi politik di Indonesia juga patut diwaspadai. Gejolak politik dan demonstrasi terkait penolakan RUU KUHP dan RUU KPK dapat menjadi katalis negatif yang memperberat laju IHSG,” tambah Samuel Sekuritas, dikutip dari riset hariannya.
Ditutup Turun 0,16 Persen, Rupiah Melemah 6 Hari Berturut-turut
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.195 per dolar AS, atau melemah 0,16 persen atau 22,5 poin terhadap dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang mayor bergerak menguat tipis 0,05% menjadi 99,157.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pasar mengabaikan berita bahwa pemerintahan AS akan mempertimbangkan kembali rencana menghapus perusahaan China yang terdaftar di pasar saham AS yang seharusnya menjadi sentimen positif aset berisiko.
Dia mengatakan bahwa kekhawatiran pasar terkait negosiasi antara China dan AS tidak akan mengarah pada kesepakatan perdagangan dan dimulainya penyelidikan pemakzulan terhadap Presiden Donald Trump akan memperdalam ketidakpastian politik AS telah membuat para investor gelisah dan mendorong permintaan dolar AS.
Investor Asing Terus-terusan Lepas Saham, Ini Kata Analis
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, investor asing membukukan aksi jual bersih (net sell) senilai sekitar Rp68,91 miliar, setelah pada Jumat (27/9) mencatat net sell sekitar Rp338,59 miliar.
Perkembangan politik di dalam negeri menambah kekhawatiran pasar yang sudah terbebani perlambatan ekonomi. Isu-isu tersebut mengindikasi berlikunya jalan untuk Presiden Joko Widodo, yang dikenal sebagai Jokowi, sebelum memulai masa jabatan keduanya bulan depan.
“Perlambatan ekonomi telah disebabkan oleh sikap wait and see di kalangan investor menjelang pembentukan kabinet," ujar Harry Su, kepala pasar modal ekuitas di Samuel International.
Investor Cemaskan Pembatasan Akses China, Bursa Asia pun Melemah
Pasar saham Jepang merosot setelah pemerintahan Presiden AS Donald Trump dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk membatasi akses China ke pasar keuangan AS.
Pemerintah AS menyatakan tidak memiliki rencana untuk memblokir perusahaan-perusahaan China di bursa AS. Pernyataan tersebut disampaikan menyusul kabar bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump tengah mempertimbangkan melakukan delisting atas perusahaan-perusahaan China di bursa AS.
Meski demikian, kabar tersebut tetap membuat investor kembali diliputi oleh ketidakpastian perdagangan. Menurut Citigroup, pembatasan akses ke pasar keuangan AS akan menjadi langkah paling potensial dari AS terhadap China.
"Pasar ekuitas telah menyerap banyak hal dalam 12-18 bulan terakhir, namun berita seperti ini tidak bagus untuk kepercayaan,” ujar Jun Bei Liu, fund manager di Tribeca Investment Partners Ltd., kepada Bloomberg TV di Sydney.
Harga CPO Jatuh Gara-gara Ekspor Sawit Malaysia Turun
Harga minyak kelapa sawit (Crude Palm Oil/CPO) jatuh ke level terlemah sejak awal Agustus 2019 pada Senin (30/9/2019), setelah ekspor sawit Malaysia dilaporkan merosot pada bulan ini.
Padahal, pasar CPO sempat optimistis setelah dalam konferensi di Mumbai, India pada Jumat (27/9), analis Dorab Mistry memperkirakan adanya pemangkasan produksi kelapa sawit di Indonesia.
Seperti dikutip dari Reuters, dia memprediksi harga acuan sawit akan naik ke level 2.500 ringgit per ton pada Maret 2020, karena cuaca panas di Asia Tenggara membatasi produksi minyak nabati tersebut. Proyeksi itu didasarkan pada asumsi harga minyak mentah Brent berada di kisaran US$60-US$80 per barel.
Harga emas Comex untuk kontrak Desember 2019 terpantau melorot 16 poin atau 1,06 persen ke level US$1.490,40 per troy ounce pukul 18.48 WIB di tengah penguatan dolar AS.
Pada saat yang sama, indeks dolar AS yang melacak pergerakan dolar AS terhadap sejumlah mata uang utama, terpantau naik 0,153 poin atau 0,15 persen ke posisi 99,262.
Menurut Analis PT Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan, pelemahan harga emas dipicu tekanan sentimen optimisme pasar terhadap negosiasi dagang AS dan China serta menguatnya dolar AS
Di dalam negeri, harga emas batangan Antam berdasarkan daftar harga emas untuk Butik LM Pulogadung Jakarta terpantau stagnan di Rp761.000 per gram. Adapun harga pembelian kembali atau buyback emas Antam turun Rp1.000 menjadi Rp683.000 per gram.