Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Investor Fokus Rencana Negosiasi Dagang AS-China, Bursa Global Naik

Indeks futures Amerika Serikat (AS) kompak bergerak positif bersama bursa Eropa dan bursa Asia pada perdagangan siang ini, Jumat (20/9/2019), ketika fokus pasar cenderung beralih kembali ke perang perdagangan.
bursa asia
bursa asia

Bisnis.com, JAKARTA – Indeks futures Amerika Serikat (AS) kompak bergerak positif bersama bursa Eropa dan bursa Asia pada perdagangan siang ini, Jumat (20/9/2019), ketika fokus pasar cenderung beralih kembali ke perang perdagangan.

Berdasarkan data Bloomberg, indeks futures S&P 500 dan indeks Stoxx Europe 600 sama-sama naik 0,1 persen pada pukul 8.08 pagi waktu London (pukul 14.08 WIB), sedangkan indeks FTSE 100 Inggris turun 0,4 persen.

Adapun indeks MSCI Asia Pacific dan indeks MSCI Emerging Market masing-masing menguat 0,4 persen.

Di pasar mata uang, Bloomberg Dollar Spot Index turun 0,2 persen, nilai tukar pound sterling terhadap dolar AS naik 0,3 persen menjadi US$1,2568, dan yen Jepang terapresiasi tipis 0,1 persen ke level 107,87 per dolar AS.

Pound sterling menguat pada hari kedua setelah Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker menyatakan optimisme kesepakatan Brexit dapat dicapai pada 31 Oktober.

Setelah beberapa keputusan kebijakan moneter pekan ini, perhatian investor beralih kepada prospek negosiasi antara AS dan China saat tim negosiasi perdagangan masing-masing negara mempersiapkan tatap muka kedua belah pihak.

Sementara itu, kekhawatiran tentang keadaan ekonomi global tampak berlarut-larut. Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) menurunkan laju pertumbuhan dunia menjadi 2,9 persen.

"Prospek global menjadi semakin rapuh dan tidak pasti. Meningkatnya ketegangan kebijakan perdagangan semakin menambah tekanan pada kepercayaan terhadap pasar dan investasi," kata OECD, seperti dikutip melalui Bloomberg.

OECD adalah satu dari sekian lembaga internasional yang membunyikan sinyal peringatan atas keadaan ekonomi global.

Dalam 2 pekan terakhir, The Fed, Bank Sentral Eropa, Bank Sentral China dan bank sentral lainnya telah melonggarkan kebijakan untuk menopang lesunya permintaan, mendesak pemerintah pada saat yang sama bahwa stimulus fiskal akan diperlukan untuk memastikan upaya mereka tidak akan sia-sia.

"Saham dapat terus naik karena didukung oleh fundamental yang kuat dan cukup kokoh, tetapi akan ada lebih banyak volatilitas di sepanjang jalannya,” ujar Kate Warne, investment strategist di Edward Jones, kepada Bloomberg TV.

“Ada lebih banyak stimulus moneter yang masuk ke dalam sistem," tambahnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper