Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melanjutkan pelemahannya hingga akhir sesi I perdagangan hari ini, Jumat (20/9/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG melemah 0,43 persen atau 27,14 poin ke level 6.217,33 pada jeda siang, meskipun dibuka rebound dengan penguatan 0,07 persen atau 4,5 poin ke level 6.248,97.
Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.214,77 – 6.256,82. Adapun pada perdagangan Kamis (19/9/2019), IHSG ditutup melemah 0,51 persen atau 32,16 poin ke level 6.244,47.
Enam dari sembilan sektor menetap di zona merah siang ini, dipimpin sektor industri dasar yang merosot 1,03 persen, disusul sektor aneka industri yang melemah 0,95 persen. Di sisi lain, tiga sektor menguat, dipimpin sektor infrastruktur yang menguat 0,97 persen.
Sebanyak 129 saham menguat, 213 saham melemah, dan 312 saham stagnan dari 653 saham yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia.
Saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang masing-masing melemah 1,66 persen dan 1,41 persen menjadi penekan utama pelemahan IHSG siang ini.
Sementara itu, bursa saham lainnya di Asia cenderung bergerak menguat, dengan indeks Topix dan Nikkei 225 masing-masing menguat 0,06 persen dan 0,25 persen, sedangkan indeks Hang Seng naik 0,03 persen.
Di China, indeks Shanghai Composite dan CSI 300 terpantau menguat masing-masing 0,17 persen dan 0,23 persen. Sementara itu, indeks Kospi menguat 0,32 persen.
Dilansir Reuters, bursa Asia menguat pada Jumat karena stimulus ekonomi di seluruh dunia meredakan kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan ekonomi.
Pelonggaran moneter oleh Federal Reserve AS dan Bank Sentral Eropa pekan ini telah menjadi sentimen positif bagi investor.
Selain itu, China juga memangkas suku bunga pinjaman satu tahun untuk bulan kedua berturut-turut pada hari Jumat sebesar 5 basis poin di tengah upaya Beijing memandu biaya pinjaman yang lebih rendah menopang ekonomi yang tengah tertekan oleh perang perdagangan AS-China.
"Dampak langsung pada ekonomi akan terbatas mengingat besarnya pemangkasan, tetapi pelonggaran tersebut membuat pemerintah China mengambil sikap akomodatif dan akan memberikan jaminan kepada pasar saham China," kata Wang Shenshen, ekonom di Tokai Tokyo Research Center, seperti dikutip Bloomberg..
"Investor mulai mempertimbangkan kemungkinan akselerasi kembali dalam ekonomi global tahun depan. Sejauh ini China telah mengambil langkah-langkah untuk mendukung ekonomi, dan bank sentral AS dan Eropa melonggarkan kebijakan," kata Nobuhiko Kuramochi, kepala analis Mizuho Securities.
"Ada harapan kesepakatan perdagangan sementara atau parsial antara China karena Presiden AS perlu menopang perekonomian tahun depan sebelum pemilihan presiden," tambahnya.