Bisnis.com, JAKARTA - PT Kirana Megatara Tbk. akan menggunakan dana dari kredit sindikasi senilai US$205 juta untuk modal kerja dan refinancing sejumlah anak usaha.
Berdasarkan pengumuman di Bursa Efek Indonesia pada 3 September 2019, perusahaan milik Taipan TP Rachmat ini menerima kredit sindikasi senilai US$205 juta atau sekitar Rp2,93 triliun.
Kredit sindikasi tersebut merupakan bagian dari perpanjangan atas perjanjian fasilitas kredit yang telah ditandatangani sebelumnya pada 2016.
Adapun, sejumlah bank yang menjadi kreditur yakni PT Bank OCBC NISP Tbk., PT Bank DBS Indonesia, PT Bank CIMB NIAGA Tbk., PT Bank Maybank Indonesia Tbk., PT Bank HSBC Indonesia, PT Bank Permata Tbk., Oversea-Chinese Banking Corporation Limited, Cooperative Rabobank U.A (Singapore Branch), Bank of China (Hong Kong) Limited (Jakarta Branch) dengan porsi komitmen kreditur yang masing-masing berbeda.
Corporate Secretary Kirana Megatara Ferry Sidik mengatakan, kejadian ini tidak berdampak secara negatif terhadap kegiatan operasional, kondisi keuangan, atau harga saham Kirana Megatara.
Dimintai konfirmasi pada Kamis (5/9/2019), Ferry menjelaskan, perseroan akan menggunakan US$180 juta dari total kredit sindikasi itu sebagai modal kerja hingga 2021. Adapun, senilai US$25 juta akan digunakan untuk refinancing pinjaman kredit investasi PT Bintang Agung Persada dan entitas anak lainnya sepanjang 2019-2021.
Baca Juga
PT Bintang Agung Persada bergerak di bidang pengolahan crumb rubber yang berlokasi di Sumatra Selatan dan mulai beroperasi sejak 2016. Kirana Megatara menggenggam kepemilikan 80% dari perusahaan tersebut.
"Untuk US$180 juta untuk working capital hingga 2021, tidak hanya di 2019," katanya kepada Bisnis.
Lebih lanjut, kinerja emiten dengan kode saham KMTR ini yang tertekan pada kuartal I/2019 berlanjut pada semester I/2019.
Penjualan perusahaan pengolahan karet itu tercatat Rp5,01 triliun pada semester I/2019, turun 3,33% dibandingkan dengan penjualan semester I/2018 senilai Rp5,18 triliun.
Adapun, laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk Kirana Megatara pada semester I/2019 senilai Rp48,02 miliar, turun 7,24% dibandingkan laba bersih pada semester I/2018 senilai Rp51,77 miliar.
Ferry menjelaskan, kinerja yang tertekan pada paruh pertama tahun ini karena pengiriman barang di periode tersebut merupakan penjualan kuartal IV/2018. Ketika itu harga karet masih rendah sekitar US$1,2 per kilogram.
Meski demikian, Kirana Megatara optimistis mencapai target laba bersih yang dipasang sepanjang tahun ini sebesar Rp100 miliar.
Hingga semester I/2019, Kirana Megatara juga telah menyerap belanja modal sekitar Rp84 miliar - Rp96 miliar atau sekitar 70%-80% dari alokasi belanja modal tahun ini.
Kirana Megatara mengalokasikan belanja modal sebesar Rp120 miliar yang berasal dari kas internal pada tahun ini. Alokasi belanja modal di antaranya untuk penyelesaian pabrik di Medan dan Lampung yang diperkirakan dapat beroperasi semester II/2019, serta perawatan mesin-mesin.
Kedua pabrik baru ini bakal memberikan tambahan kapasitas produksi sekitar 72.000 ton - 80.000 ton per tahun. Adapun, total kapasitas produksi Kirana Megatara pada tahun ini sebesar 760.000 ton per tahun.