Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pengolahan karet PT Kirana Megatara Tbk. mengincar laba bersih hingga Rp100 miliar pada 2019, seiring dengan kenaikan harga karet dan efisiensi yang dilakukan perusahaan.
Pada kuartal I/2019, kinerja emiten dengan kode saham KMTR ini masih tertekan. Penjualan bersih tercatat Rp2,26 triliun atau turun 14,41% secara tahunan. Perseroan juga berbalik rugi Rp22,75 miliar pada kuartal I/2019, dari laba Rp14,49 miliar pada kuartal I/2018.
Coorporate Secretary PT Kirana Megatara Tbk. Ferry Sidik mengatakan, kinerja perseroan yang tertekan pada kuartal pertama tahun ini karena pengiriman pada periode tersebut merupakan hasil penjualan pada kuartal IV/2018 dengan harga karet yang masih rendah yakni sekitar US$1,27 per kg.
Meski demikian, perseroan optimistis dapat mencetak laba sepanjang tahun ini seiring dengan kenaikan harga karet dan efisiensi yang dilakukan perusahaan. Ferry mencatat harga karet telah berada di level sekitar US$1,5 per kg pada April, setelah kebijakan Agreed Export Tonnage Scheme (AETS) resmi berlaku pada 1 April 2019.
Perseroan memperkirakan dapat mencapai laba bersih sekitar Rp100 miliar dengan proyeksi harga karet US$1,4 per kg pada tahun ini. Seiring dengan kebijakan AETS, perseroan mengurangi kontrak-kontrak sehingga volume penjualan ditetapkan 500.000 ton dengan proyeksi nilai penjualan Rp10 triliun pada tahun yang sama.
Di samping itu, perseroan melakukan efisiensi di seluruh bidang agar dapat mencapai laba yang ditargetkan. Target laba pada laba tahun ini meningkat pesat dari realisasi sepanjang tahun lalu sebesar Rp1,5 miliar.
Laba bersih tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp1,59 miliar pada 2018, turun signifikan dibandingkan dengan 2017 sebesar Rp423,17 miliar. Laba yang tertekan pada tahun lalu disebabkan penurunan harga karet yang cukup drastis sekitar 17%, dari rata-rata harga karet US$1,65 per kg menjadi US$1,37 per kg pada 2018.
"Dengan AETS harapannya harga karet sudah mulai meningkat. Dengan kondisi seperti itu, kinerja mulai positif di kuartal II," katanya dalam public expose di Jakarta pada Senin (13/5/2019).
Ferry menambahkan perseroan mengalokasikan belanja modal sebesar Rp120 miliar yang berasal dari kas internal pada tahun ini. Alokasi belanja modal di antaranya untuk penyelesaian pabrik di Medan dan Lampung yang diperkirakan dapat beroperasi semester II/2019, serta perawatan mesin-mesin.
Kedua pabrik baru ini bakal memberikan tambahan kapasitas produksi sekitar 72.000 ton - 80.000 ton per tahun. Adapun, total kapasitas produksi tahun ini sebesar 760.000 ton per tahun.
Lebih lanjut, hasil rapat umum pemegang saham tahunan yang digelar pada Senin (13/5/2019) memutuskan tidak ada pembagian dividen untuk tahun buku 2018. Laba bersih sebesar Rp1,59 miliar ditetapkan sebagai laba ditahan untuk modal kerja.
RUPST tersebut juga mengangkat Li Qisheng sebagai komisaris. Pemegang saham juga menyetujui pengunduran diri Daniel Tirta Kristiadi sebagai Direktur dan Wan Zhirong sebagai Komisaris.
Pada perdagangan Senin (13/5/2019), saham KMTR ditutup pada level Rp310, tidak bergerak dari penutupan sebelumnya.