Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Minyak Menguat Dipicu Insiden di Saudi

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 17:50 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman September 2019 menguat 0,75 persen atau 0,41 poin ke posisi US$55,26 per barel. Adapun harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober menguat 0,73 persen atau 0,43 poin ke posisi US$59,07 per barel.
Kilang Minyak/Bloomberg
Kilang Minyak/Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah berjangka masih menguat pada Senin (19/8/2019), menyusul serangan fasilitas minyak di Arab Saudi oleh separatis Yaman pada akhir pekan lalu.

Berdasarkan data Bloomberg, hingga pukul 17:50 WIB, harga minyak mentah West Texas Intermediate untuk pengiriman September 2019 menguat 0,75 persen atau 0,41 poin ke posisi US$55,26 per barel. Adapun harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Oktober menguat 0,73 persen atau 0,43 poin ke posisi US$59,07 per barel.

Serangan pesawat tak berawak oleh kelompok Houthi Yaman di ladang minyak di Arab Saudi timur pada Sabtu (17/8/2019) menyebabkan kebakaran di sebuah pabrik gas, menambah ketegangan di Timur Tengah. Akan tetapi Saudi Aramco yang dikelola pemerintah mengatakan produksi minyak tidak terpengaruh.

Giovanni Staunovo, analis minyak untuk UBS mengatakan, penguatan harga minyak terjadi karena pasar melihat risiko geopolitik di Arab Saudi terkait serangan pesawat tak berawak tersebut. “Namun kenaikan kemungkinan tak bertahan lama jika tak menyebabkan gangguan pasokan,” katanya dikutip dari Reuters, Senin (19/8/2019).

Ketegangan di sekitar Iran sepertinya mereda setelah Gibraltar merilis sebuah kapal tanker Iran yang direbutnya pada Juli, meskipun Teheran memperingatkan Amerika Serikat terhadap setiap upaya baru untuk menangkap kapal tanker itu di laut lepas.

Sementara itu, kekhawatiran tentang resesi  telah membatasi kenaikan harga minyak mentah, karena para trader mencari tanda-tanda kemajuan dalam pembicaraan perdagangan AS-China.

Kabar lainnya, pengumuman China tentang reformasi suku bunga utama selama akhir pekan telah memicu ekspektasi pengurangan segera dalam biaya pinjaman perusahaan, di tengah ekonomi yang sedang kesulitan, mendorong harga saham pada Senin (19/8/2019).

Di tempat lain, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global pada 2019 sebesar 40.000 barel per hari (bpd) menjadi 1,10 juta barel per hari, mengindikasikan pasar akan sedikit surplus pada 2020.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dika Irawan

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper