Bisnis.com, JAKARTA - Emiten manufaktur kayu PT Integra Indocabinet Tbk. optimistis dapat merealisasikan target pertumbuhan yang dipasang pada tahun ini sejalan dengan penambahan kapasitas yang berjalan mulai kuartal II/2019.
Pada kuartal I/2019, perseroan mencatatkan penjualan bersih tumbuh 5,23% menjadi Rp493,03 miliar dengan pertumbuhan laba bersih 4,46% menjadi Rp59,71 miliar. Sepanjang tahun ini, emiten dengan kode saham WOOD itu mengincar pendapatan tumbuh 45%-50% secara tahunan.
Investor Relation Integra Indocabinet Wendy Chandra mengatakan, meski kinerja 3 bulan pertama tahun ini tumbuh single digit, tetapi hasil tersebut masih in line dengan target perseroan di tahun ini. Kinerja kuartal II dan seterusnya diperkirakan bakal lebih baik.
Dia mengatakan, produk dan penambahan kapasitas perseroan mulai berjalan secara bertahap di kuartal II/2019. Harapannya, hal ini akan tercermin pada semester II/2019.
Dalam catatan WOOD, pengembangan produk dan penambahan kapasitas pada tahun ini di antaranya untuk produk wooden blind dengan kapasitas 30 kontainer per bulan atau 13.200 meter kubik per tahun. Produk ini menyasar pasar AS, United Kingdom, dan Negara-negara Eropa.
Di samping itu, white prime molding dengan kapasitas 300 kontainer per bulan atau 132.000 meter kubik per tahun. Produk ini menyasar pasar AS dan Inggris Raya (United Kingdom).
Baca Juga
Ekspansi kapasitas juga dilakukan terhadap produk metal furniture dengan kapasitas 10 kontainer per bulan atau 1.650 meter kubik per tahun, rattan wooden furniture dengan kapasitas 30 kontainer per bulan atau 4.950 meter kubik per tahun, serta floorbase atau plywood dengan kapasitas 100 kontainer per bulan atau 42.000 meter kubik per tahun.
"Untuk furnitur [penambahan kapasitasnya] di kisaran 15%, sedangkan untuk building component naik lebih dari 50% apabila sudah on full capacity," katanya pekan lalu.
Dia mengatakan, penambahan kapasitas ini sekaligus menjadi strategi perseroan menangkap peluang kenaikan permintaan produk dari pasar AS, seiring dengan perang dagang antara AS dan China. Ekspor perseroan ke AS menyumbang 25%-30% dari total penjualan.
Strategi perseroan ke depan yakni dengan melakukan diversifikasi produk yang memiliki margin keuntungan lebih tinggi.
"Kami melihat peluang bukan hanya pada tarif [impor China] jadi 25%, tetapi juga antidumping duty dan anti subsidy duty yang secara potensial akan diterapkan," imbuhnya.