Bisnis.com, JAKARTA — PT Golden Eagle Energy Tbk. membidik pertumbuhan volume produksi dan penjualan 30% dari realisasi perseroan pada 2018.
Chrismasari Dewi Sudono, Corporate Secretary Golden Eagle Energy menuturkan rencananya perseroan akan meningkatkan volume penjualan dan produksi hingga 30% secara tahunan pada 2019. Dengan demikian, target pendapatan dan laba bersih akan berjalan seiring dengan rencana pertumbuhan tersebut.
“Pencapaian top line dan bottom line masih sangat tergantung dari fluktuasi harga batu bara,” jelasnya di Jakarta, Kamis (23/5/2019).
Saat ini, emiten berkode saham SMMT itu memiliki dua aset tambang batu bara utama yang telah beroperasi yakni PT Internasional Prima Coal di Kalimantan dan PT Triaryani di Sumatra Selatan.
Pada 2018, volume penjualan batu bara dari Internasional Prima Coal mencapai 922.000 ton atau tumbuh 8% secara tahunan. Selanjutnya, Triaryani merealisasikan volume penjualan 480.000 ton atau tumbuh 240% secara tahunan.
Dengan demikian total penjualan SMMT tahun lalu mencapai 1.402 ton. Sementara itu, total volume produksi yang dihasilkan 1,5 juta ton atau tumbuh 45% secara tahunan pada 2018.
Di sisi lain, Chrismasari menyebut perseroan saat ini telah memiliki sarana infrastruktur dan logistik yang cukup untuk menunjang produksi. Target belanja modal atau capital expenditure (capex) tahun ini menurutnya kurang dari Rp50 miliar. “[Capex] lebih digunakan untuk mengoptimalkan sarana infrastruktur dan logistik yang sudah ada,” imbuhnya.
Direktur Utama Golden Eeagle Energy Roza permana Putra menuturkan perseroan terus melihat potensi penambahan cadangan batu bara baik secara organik maupun anorganik. Menurutnya, saat ini tengah dilakukan kajian terhadap sejumlah tambang untuk diakuisisi.
Dia menjelaskan bahwa tambang baru yang dibidik berdekatan dengan dua lokasi operasi perseroan saat ini. Namun, pihaknya belum memutuskan untuk mencaplok berapa tambang tahun ini. “[Sedang dikaji] saat ini mungkin ada di Sumatra 1 dan di Kalimatan sedang mengkaji 2 tambang,” paparnya.
Roza memproyesikan untuk jenis batu bara yang diproduksi perseroan masih memiliki permintaan yang tinggi baik dari dalam maupun luar negeri terutama pasar-pasar baru di Asia Tenggara. Pihaknya menilai banyak pembangkit listrik baru menggunakan batu bara kalori 4.000 kcal/kg—4.200 kcal/kg.
“Sampai hari ini kami cukup optimistis dengan perkembangan market batu bara kami,” imbuhnya.
SMMT melaporkan produksi batu bara sudah mencapai 446.000 ton pada kuartal I/2019. Realisasi itu tumbuh 45% dibandingkan dengan 307.000 ton pada periode yang sama tahun lalu.
Adapun, volume realisasi volume penjualan sebanyak 411.000 ton pada kuartal I/2019. Pencapaian tersebut naik 17% dari 351.000 ton per akhir Maret 2018.