Bisnis.com, JAKARTA — Kinerja pasar surat utang dalam negeri dalam jangka pendek kemungkinan masih akan terbatas, kendati pekan lalu dua lembaga pemeringkat internasional kembali mempertahankan peringkat investasi Indonesia dan salah satunya menaikkan outlook menjadi positif.
Pada Jumat (26/4/2019) pekan lalu, lembaga pemeringkat internasional Japan Credit Rating Agency (JCRA) mengumumkan peringkat Indonesia sebagai emiten surat utang global dipertahankan pada level BBB, tetapi outlook Indonesia dinaikkan menjadi positif dari sebelumnya stabil.
Perubahan outlook ini mengindikasikan adanya potensi kenaikan peringkat di masa mendatang, setidaknya dalam setahun ke depan.
Sementara itu, lembaga pemeringkat internasional lainnya yakni Rating & Investment (R&I) juga mempertahankan peringkat Indonesia di level BBB, tetapi juga mempertahankan outlook-nya pada predikat stabil.
Ramdhan Ario Maruto, Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Indonesia, mengatakan bahwa dalam 2 tahun terakhir, kondisi Indonesia sebagai negara tujuan investasi internasional memang cenderung stabil dan terus membaik.
Risiko pasar yang membayangi Indonesia selama ini lebih banyak dari sisi ekternal, sedangkan kondisi makro ekonomi dan pembangunan Indonesia justru berjalan baik. Oleh karena itu, menurutnya tidak mengherankan bila peringkat Indonesia tetap stabil dan bahkan berpotensi meningkat.
Baca Juga
Ramdhan mengatakan, umumnya pasar memang berpatokan pada opini pemeringkatan dari tiga lembaga utama, yakni Standard & Poor’s, Moody’s Investor Service, serta Fitch Ratings. Namun, opini pemeringkatan dari JCRA dan R&I juga tentu menjadi katalis positif bagi pasar.
Sepanjang pekan lalu, pasar obligasi cenderung tertekan. Yield surat utang negara (SUN) Indonesia untuk tenor 10 tahun naik dari 7,750% ke level 7,867% atau naik 11,7 bps dalam sepekan. Hal ini tidak terlepas dari pelemahan rupiah sebesar 1,1% sepanjang pekan lalu dan ditutup di level 14.199.
“Untuk pekan ini, pengumuman pemeringkatan ini mungkin akan menjadi katalis positif, tetapi pasar juga akan tunggu data makro yang dirilis awal bulan Mei,” katanya, Minggu (28/9/2019).
Ramdhan mengatakan, pasar tentu berharap langkah dua lembaga pemeringkat ini akan diiukuti pula oleh lembaga pemeringkat lainnya, meskipun ketidakpastian politik pasca-pemilu memang cukup mengganggu. “Pengelolaan ekonomi kita saya kita cukup stabil sehingga tinggal butuh kepastian saja,” katanya.
JCRA mengungkapkan alasan dinaikkannya outlook peringkat Indonesia menjadi positif adalah karena adanya kemungkinan berlanjutnya kebijakan ekonomi yang positif yang telah dihadirkan pemerintah saat ini, seiring hasil hitung cepat pemilu yang menunjukkan keunggulan petahana Joko Widodo.
“JCRA akan memonitor isi dan perkembangan kebijakan ekonomi pemerintah selama periode pemerintahan kedua dan akan mencerminkan hasilnya pada peringkat,” ungkap JCRA.
Peringkat BBB dipertahankan JCRA karena kinerja ekonomi Indonesia dinilai solid dengan tingkat defisit anggaran dan utang yang terkendali, dan ketahanan yang baik terhadap guncangan eksternal yang berasal dari kebijakan nilai tukar fleksibel dan akumulasi cadangan devisa.
JCRI juga mengapresiasi langkah pemerintah yang fokus pada upaya penanggulangan kesejangan ekonomi dan hambatan pertumbuhan ekonomi dengan membangun infrastruktur. Langkah pembangunan pemerintah bahkan lebih cepat dari yang diperkirakan JCRI.
Langkah pemerintah ini memperkuat basis bagi percepatan pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah dan panjang, sehingga berpeluang meningkatkan daya tarik investasi di Indonesia.
Sementara itu, R&I juga melihat alasan yang sama sebagai dasar afirmasi peringkat Indonesia pada BBB dengn outlook stabil. R&I juga sepakat bahwa terpilih kembalinya Joko Widodo sebagai presiden akan menjadi faktor positif dalam evaluasi kelayakan kredit Indonesia.