Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Konstruksi dan Infrastruktur Berburu Aliran Cuan Proyek Energi

Sejumlah emiten yang bergerak di sektor konstruksi dan infrastruktur turut berburu cuan dari proyek energi melalui investasi yang diyakini menjadi penopang pertumbuhan kinerja keuangan ke depan.

Bisnis.com, JAKARTA— Sejumlah emiten yang bergerak di sektor konstruksi dan infrastruktur turut berburu cuan dari proyek energi melalui investasi yang diyakini menjadi penopang pertumbuhan kinerja keuangan ke depan.

Direktur Perencanaan dan Pengembangan PT PP (Persero) Tbk. M. Aprindy menjelaskan bahwa dana yang disiapkan tahun ini untuk investasi di sektor energi sekitar Rp3,3 triliun. Belanja modal itu akan digelontorkan melalui entitas anak, PT PP Energi.

“Alokasi terbesar untuk Nipa Storage Tank Terminal,” ujarnya kepada Bisnis.com, Selasa (9/4/2018).

Dia mengungkapkan pengembangan proyek tersebut sudah mulai. Hal itu ditandai dengan sudah dimulainya proses konstruksi.

Berdasarkan laporan tahunan 2018, emiten berkode saham PTPP telah memiliki investasi di beberapa proyek energi yakni  Gas Turbine Talang Duku 56 megawatts (MW), Coal Fire Lampung 2x7 MW, Mini Hydro Lau Gunung 15 MW, Nipa Storage Tank Terminal, PSC Odira Energi Karang Agung, Coal Fired Power Plant Meulaboh 2x200 MW, dan Mine Mouth Coal Fired Power Plant Jambi 2 2x300 MW.

Pada 2018, kinerja memberikan kontribusi pendapatan usaha  kepada PTPP senilai Rp133 miliar. Segmen energi mencatat laba sebelum pajak penghasilan senilai Rp51 miliar tumbuh sebesar 128,81% Rp22 miliar pada 2017.

Aprindy menjelaskan bahwa perseroan juga memiliki investasi di Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTS) Solo. Menurutnya, perseroan juga mengeluarkan belanja modal untuk proyek tersebut pada tahun ini.

Selain itu, sambungnya, perseroan juga menjadi anggota konsorsium untuk proyek pembangkit listrik di Jambi. PTPP menjadi anggota konsorsium dengan porsi kepemilikan 5%.

Pada 2019, dia menyebut perseroan masih membidik pengembangan sejumlah pembangkit listrik baru. Salah satunya pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) yang berkolaborasi dengan PT Indonesia Power.

“Proyeknya sedang kajian skema pembiayaan. Porsi PP mungkin sekitar 49%,” jelasnya.

Aprindy menyebut perseroan juga mengarahkan kajian ke proyek pembangkit listrik energi terbarukan. Sektor itu menurutnya memiliki prospek menjanjikan.

Ke depan, pihaknya meyakini bisnis energi akan menjadi salah satu bisnis inti perseroan. Apalagi, investasi di bidang tersebut sudah terbukti menghasilkan pendapatan tambahan bagi perseroan.

“Selain dapat konstruksinya, kami juga mendapatkan recurring income," jelasnya.

Deden Rochmawaty, General Manager Corporate Affairs Nusantara Infrastructure menjelaskan bahwa perseroan masih mengincar sejumlah proyek pembangkit listrik energi terbarukan pada 2019. Salah satu yang terdekat yakni pembangkit listrik biomassa (PLTBM) berkapasitas 12 megawatts (MW) di Kalimantan Barat.

Deden menjelaskan bahwa proyek tersebut tengah dalam proses konstruksi. Menurutnya, perseroan telah meneken nota kesepahaman dengan pemilik proyek PLTBM tersebut.

“Harusnya April 2019 sudah selesai pembangunan, mungkin signing [akuisisi] sehabis itu,” ujarnya baru-baru ini.

Dia memproyeksikan PLTBM itu akan beroperasi semester II/2019. Emiten berkode saham META itu akan mengempit kepemilikan saham mayoritas.

Selain itu, Deden mengatakan META juga mengincar proyek PLTBM berkapasitas 12 MW lainnya di Kalimantan Barat. Perseroan saat ini tengah mengikuti lelang untuk proyek tersebut.

Selanjutnya, dia menyebut perseroan juga mengikuti tender untuk pembangkit listrik tenaga hidro di Sulawesi. Kapasitas proyek yang dibidik sebesar 36 MW.

Untuk memenuhi rencana investasi tersebut, Deden mengatakan perseroan menyiapkan porsi ekuitas sekitar Rp500 miliar. Dari situ, perseroan memiliki ruang untuk menarik pinjaman perbankan sekitar Rp800 miliar.

Pada 2018, dia menuturukan kontribusi bisnis energi perseroan mencapai 1/5 dari total pendapatan. Tahun ini, diproyeksikan akan terjadi kenaikan kontribusi menjadi 1/4 dari total pendapatan.

“Tahun ini kami masih konservatif dengan baru memperhitungkan pembangkit listrik yang sudah operasional,” imbuhnya.

Seperti diketahui, META menjalankan bisnis energi melalui entitas anak, PT Energi Infranusantara (EI). Anak usaha itu didirikan pada 2012 dengan tujuan berinvestasi di sektor energi, khususnya energi terbarukan.

Saat ini, EI mengempit kepemilikan saham di PT Inpola Meka Energi (IME). Cucu usaha itu tengah mengembangkan pembangkit hidro, Lau Gunung Hydro Power Plant di Tanah Pinem, Sumatra Utara, berkapasitas 15 MW yang ditargetkan rampung tahun ini.

Adapun, EI juga telah mengakuisisi 80% saham di PT Rezeki Perkasa Sejahtera Lestari (RPSL) pada 2018. RPSL merupakan independent power producer (IPP) yang mengoperasikan pembangkit listrik biomasa di Siantan, Mempawah, Kalimantan Barat, dengan kapasitas 15 MW.

Di sisi lain, Direktur Utama PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. Tumiyana menuturkan perseroan membidik investasi di sektor energi pada tahun ini. Proyek yang menjadi sasaran yakni logistik energi dan pembangkit listrik.

Dia mengatakan perseroan mengalokasikan 30% dari sekitar alokasi Rp18 triliun hingga Rp19 triliun belanja modal 2019. Pihaknya memproyeksikan belanja modal di sektor energi akan menjadi penopang keberlanjutan pertumbuhan ke depan.

“Supaya kami bisa sustain karena mendapat recurring income,” jelasnya.

Sebelumnya, Direktur Human Capital Management PT Waskita Karya (Persero) Tbk. Hadjar Seti Aji mengatakan pereroan perlu melakukan kreasi market lewat investasi. Tiga bidang infrastruktur yang menjadi fokus diversifikasi perseroan yakni energi terbarukan, pengolahan sampah, serta air minum.

Dia menuturkan emiten berkode saham WSKT itu tengah menjajaki kerja sama dengan pemerintah. Hal itu untuk pengembangan energi terbarukan yang berasal dari sampah atau pembangkit listrik tenaga sampah (PLTSa).

 

 
pangan bg

Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking

Apa yang menjadi pertimbangan utama Anda dalam memilih aplikasi mobile banking?

Seberapa sering Anda menggunakan aplikasi mobile banking?

Fitur apa yang paling sering Anda gunakan di aplikasi mobile banking?

Seberapa penting desain antarmuka yang sederhana bagi Anda?

Apa yang membuat Anda merasa nyaman menggunakan aplikasi mobile banking tertentu?

Apakah Anda mempertimbangkan reputasi bank sebelum mengunduh aplikasinya?

Bagaimana Anda menilai pentingnya fitur keamanan tambahan (seperti otentikasi biometrik)?

Fitur inovatif apa yang menurut Anda perlu ditambahkan ke aplikasi mobile banking?

Apakah Anda lebih suka aplikasi yang memiliki banyak fitur atau yang sederhana tetapi fokus pada fungsi utama?

Seberapa penting integrasi aplikasi mobile banking dengan aplikasi lain (misalnya e-wallet atau marketplace)?

Bagaimana cara Anda mengetahui fitur baru pada aplikasi mobile banking yang Anda gunakan?

Apa faktor terbesar yang membuat Anda berpindah ke aplikasi mobile banking lain?

Jika Anda menghadapi masalah teknis saat menggunakan aplikasi, apa yang biasanya Anda lakukan?

Seberapa puas Anda dengan performa aplikasi mobile banking yang saat ini Anda gunakan?

Aplikasi mobile banking apa yang saat ini Anda gunakan?

pangan bg

Terimakasih sudah berpartisipasi

Ajak orang terdekat Anda untuk berpartisipasi dalam kuisioner "Uji pemahamanmu mengenai aplikasi mobile banking"


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper