Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Aksi Beli Reksa Dana Bakal Ramai di Kuartal II, Ini Penjelasannya

Pembelian reksa dana usai Pemilihan Presiden 2019 diprediksi bakal menanjak seiring dengan kembalinya kepercayaan diri investor terhadap pasar modal dalam negeri.
Pekerja melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jum'at (22/2/2019)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso
Pekerja melintas di depan layar pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jum'at (22/2/2019)./ANTARA-Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA — Pembelian reksa dana usai Pemilihan Presiden 2019 diprediksi bakal menanjak seiring dengan kembalinya kepercayaan diri investor terhadap pasar modal dalam negeri.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pembelian (subscription) reksa dana sepanjang kuartal I/2019 tercatat Rp178,12 triliun, sedangkan penjualan atau pencairan (redemption) tercatat Rp157,02 triliun. Dengan demikian, terjadi aksi beli bersih (net subscription) reksa dana senilai Rp21,10 triliun pada periode tersebut.

Namun, pencapaian tersebut merosot 44,72% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp38,17 triliun.

Direktur PT Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan bahwa penurunan net subscription pada kuartal I/2019 disebabkan oleh aksi profit taking yang banyak dilakukan investor institusi pada awal tahun, mengingat kinerja indeks harga saham gabungan (IHSG) yang negatif pada tahun lalu.

“Begitu juga dengan yang reksa dana pendapatan tetap [profit taking]. Menjelang pemilu, ada juga sebagian investor yang wait and see,” katanya kepada Bisnis.com, Minggu (7/4/2019).

Dia menilai, peluang aksi beli reksa dana pada kuartal II atau usai Pilpres 2019 cukup besar seiring dengan investor yang mulai percaya diri untuk ke masuk pasar. “Kemungkinannya cukup besar.”

Di Panin Asset Management, kata Rudi, memang terjadi aksi redemption yang cukup besar dari nasabah institusi sepanjang Maret 2018. Adapun, sebagian besar terjadi pada reksa dana pasar uang.

Direktur PT Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan bahwa ada beberapa hal yang membuat net subscription reksa dana menurun sepanjang kuartal I tahun ini. Pertama, tingginya volatilitas di pasar saham. “Orang banyak yang wait and see soalnya, ada pilpres juga kan,” jelasnya.

Kedua, masih terus berlangsungnya perang dagang antara Amerika Serikat dan China. Dia menilai, belum adanya kejelasan kapan berakhirnya perang antara kedua negara tersebut membuat volatilitas di pasar juga meningkat.

Ketiga, rilis laporan keuangan emiten 2018 yang tidak sebagus tahun sebelumnya. “Keempat, IHSG sudah kemahalan. Beberapa tahun terakhir ini, investor itu banyak masuk ketika pasar sedang koreksi. Kalau sedang kemahalan seperti saat ini, mereka cenderung menunggu.”

Hal yang sama juga pernah disampaikan oleh Frederik Rasali, Vice President Research Artha Sekuritas.  Mneurutnya, pasar saham sudah mengalami apresiasi harga yang sangat tinggi pada akhir 2018 sehingga sekarang terlihat sudah cukup mahal.

Hal ini menyebabkan IHSG cenderung stabil dalam 2 bulan setelahnya.  Frederik menilai, menjelang pemilu, baik investor lokal maupun asing masih akan tetap menahan diri untuk masuk ke pasar saham. Hal ini menyebabkan pergerakan pasar diperkirakan akan cenderung mendatar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Riendy Astria
Editor : Riendy Astria
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper