Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Emiten Konglomerasi Tergerus­­­ Batu Bara dan Sawit

Sebagian besar perusahaan konglomerasi mencatatkan penurunan laba pada 2018, yang dipicu oleh pelemahan kinerja di sektor komoditas terutama batu bara dan kelapa sawit.
Laba emiten konglomerasi 2018./Bisnis-Tri Utomo
Laba emiten konglomerasi 2018./Bisnis-Tri Utomo

Bisnis.com, JAKARTA — Sebagian besar perusahaan konglomerasi mencatatkan penurunan laba pada 2018, yang dipicu oleh pelemahan kinerja di sektor komoditas terutama batu bara dan kelapa sawit.

Kinerja emiten konglomerasi diangkat menjadi topik headline koran cetak Bisnis Indonesia edisi Senin (8/4/2019). Berikut laporannya.

Berdasarkan data yang diolah Bisnis, penurunan laba tersebut terjadi di sejumlah anak usaha dalam Grup Sinarmas, Grup Bakrie, Grup Saratoga dan Grup Indika.

Begitupun di sektor perkebunan. Pada umumnya perusahaan yang bergerak di sektor ini mencatatkan penurunan laba seperti yang dialami Grup Astra, Grup Salim, Grup Sinarmas dan Grup Saratoga.

Penunan laba di dua sektor tersebut mempengaruhi profitabilitas konglomerasi secara keseluruhan.

Di sisi lain, grup-grup usaha yang bermain di sektor finansial, pada umumnya menikmati pertumbuhan laba, seperti Grup Djarum, Grup Astra, Grup MNC, dan Grup Panin. (Lihat grafis)

Direktur Investa Saran Mandiri Hans Kwee mengatakan, sejumlah sektor masih berada dalam sentimen yang kurang baik pada tahun lalu.

“Misalnya kelapa sawit, properti dan media. Sektor-sektor itu masih tertekan,” ujar Hans, Minggu (7/4/2019).

Secara umum, menurut data kinerja keuangan 88 perusahaan dari 18 konglomerasi, hanya delapan grup yang mencatatkan pertumbuhan laba di sebagian besar anak usahanya.

Dari jumlah tersebut, 30 perusahaan mengalami penurunan laba, sedangkan 16 perusahaan masih mencetak kerugian. Adapun sisanya, sebanyak 42 perusahaan mencetak kenaikan laba.

Usaha konglomerasi yang mengalami pelemahan profitabilitas yakni Grup Bakrie, Grup Rajawali, Grup Mayapada, Grup Lippo, Grup Indika, Grup Saratoga, Grup Mahaka, Grup Triputra, Grup Saratoga, dan Grup Emtek.

Janson Nasrial, Senior Vice President Royal Investium Sekuritas, mengatakan bahwa di antara seluruh grup konglomerasi yang ada, Grup Astra, Grup MNC, Grup Djarum, Grup Sinarmas, dan Grup Salim merupakan yang paling prospektif.

DIVERSIFIKASI BISNIS

Grup Astra memiliki diversifikasi bisnis yang luas sehingga diperkirakan mampu memitigasi risiko gejolak perekonomian, baik dari dalam maupun luar negeri.

Saat ini, Astra mengelola bisnis komo­ditas sawit, tambang batu bara dan emas, finansial, otomotif, properti, dan infrastruktur.

“Diversifikasi bisnis bisa memitigasi risiko. Misalnya, ketika harga komoditas sawit atau batu bara turun, produksi emas Martabe bisa mendongkrak laba Grup Astra, khususnya dari subunit United Tractors,” katanya.

Sementara itu, ujarnya, Grup Djarum terbantu oleh laba bersih PT Bank Central Asia Tbk. yang tumbuh dua digit pada tahun lalu.

Adapun, Grup MNC terbantu oleh geliat sektor media di tengah momentum pemilihan umum. Namun, tuturnya, kinerja grup tersebut agak terhambat oleh posisi leverage yang tinggi.

Dia menambahkan, grup-grup yang mengandalkan sektor properti, seperti Ciputra dan Sinarmas, juga berpotensi mulai menikmati keuntungan pada tahun ini.

Menurutnya, sektor properti sudah mulai melewati fase bottoming, walaupun labanya hanya tumbuh moderat.

Wisnu Prambudi Wibowo, Head of Research FAC Sekuritas, memilih Grup Salim sebagai konglomerasi favorit. Kelompok usaha ini memiliki bisnis yang kuat di sektor consumer goods melalui PT Indofood Sukses Makmur Tbk. dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Stabilitas nilai tukar rupiah dan bantuan sosial program keluarga harapan yang meningkat dari Rp19,2 triliun pada 2018 menjadi Rp34 triliun pada tahun ini menjadi katalis positif bagi kedua emiten tersebut.

Analis Kresna Sekuritas Robertus Yanuar Hardy menilai Grup Astra berpotensi mencatatkan pertumbuhan kinerja lebih baik pada tahun ini.

Faktor pendorong kinerja Grup Astra adalah pertambangan dan alat berat yang digarap oleh PT Pamapersada Nusantara dan PT United Tractors Tbk. (UNTR).

Secara khusus, dia memproyeksikan kinerja UNTR masih moncer pada tahun ini. Pasalnya, perseroan akan mendapatkan tambahan kontribusi dari tambang emas Martabe dan proyek Jakarta Cikampek Elevated milik PT Acset Indonusa Tbk. (ACST) yang diperkirakan selesai menjelang Lebaran 2019.

Alfred Nainggolan, Kepala Riset Koneksi Kapital, memperkirakan ada tiga sektor yang prospektif pada tahun ini, yaitu keuangan, infrastruktur, dan properti.

Oleh karena itu, dia menjagokan tiga grup konglomerasi yakni Sinarmas karena memiliki portofolio yang kuat di sektor properti; Panin di sektor keuangan; dan Astra yang bermain di ketiga sektor tersebut.

(Emanuel B. Caesario / Azizah Nur Alfi/Muhammad Ridwan/M. Nurhadi Pratomo/Novita S. Simamora/Anitana W. Puspa)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper