Bisnis.com, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) tergelincir dari penguatannya dan berakhir di zona merah pada perdagangan hari ini, Rabu (27/3/2019).
Berdasarkan data Bloomberg, IHSG ditutup turun 0,39% atau 25,26 poin di level 6.444,74, dari level penutupan perdagangan sebelumnya. Pada perdagangan Selasa (26/3), IHSG mampu rebound dan berakhir menguat 0,92% atau 58,75 poin di level 6.470.
Sebelum berakhir terkoreksi, indeks sempat melanjutkan penguatannya dengan dibuka naik 0,16% atau 10,56 poin di level 6.480,56 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, IHSG bergerak di level 6.443,97 – 6.485,43.
Tujuh dari sembilan sektor berakhir di zona merah, dipimpin sektor industri dasar (-1,19%) dan tambang (-0,84%). Adapun sektor properti dan perdagangan masing-masing naik 0,46% dan 0,41%.
Dari 629 saham yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI), sebanyak 175 saham menguat, 209 saham melemah, dan 245 saham stagnan.
Saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) yang masing-masing turun 2,71% dan 4,11% menjadi penekan utama koreksi IHSG hari ini.
Investor asing pun kembali melepaskan saham dan membukukan aksi jual bersih. Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, aksi jual bersih (net sell) tercatat Rp424,72 miliar pada perdagangan hari ini.
Indeks Bisnis-27 juga terpeleset ke wilayah negatif dan berakhir melorot 1,01% atau 5,76 poin di level 563,11, setelah mampu menguat 1,29% atau 7,22 poin dan ditutup di posisi 568,87 pada Selasa (26/3).
Sejumlah indeks saham lain di Asia terpantau turut berakhir di zona merah, di antaranya indeks FTSE Malay KLCI (-0,44%), indeks FTSE Straits Times Singapura (-0,06%), dan indeks PSEi Filipina (-0,58%).
Adapun indeks Topix dan Nikkei 225 Jepang ditutup terkoreksi 0,52% dan 0,23%, setelah mampu berakhir melonjak 2,57% dan 2,15% masing-masing pada Selasa (26/3), sedangkan indeks Kospi Korea Selatan ditutup turun 0,15%.
Sebaliknya, bursa saham di China berhasil bangkit dari pelemahan yang dialami dua hari beruntun sebelumnya, setelah lesunya rilis data laba industri mendorong ekspektasi lebih banyak stimulus oleh pemerintah Negeri Tirai Bambu.
Dilansir Reuters, investor berupaya mencermati pasar obligasi Amerika Serikat (AS) dan implikasinya terhadap negara adidaya tersebut. Laporan dari Amerika Serikat (AS) pada Selasa (26/3) menunjukkan menurunnya tingkat kepercayaan konsumen untuk keempat kalinya dalam lima bulan terakhir.
Selain itu, data perumahan menunjukkan penurunan aktivitas pembangunan rumah di AS lebih dari yang diperkirakan pada Februari. Hal ini kembali memicu kekhawatiran atas perlambatan pertumbuhan global.
Sementara itu, imbal hasil obligasi AS bertenor 10 tahun naik mencapai 2,432% dari level terendahnya dalam 15 bulan yang disentuh pada Senin (25/3) di 2,377%. Meski demikian, kurva imbal hasil tetap berinversi.
Inversi itu meresahkan investor ketakutan karena menjadi tanda-tanda resesi AS dalam waktu dekat, sekaligus memicu aksi jual di pasar saham global akhir pekan lalu.
“Meski pasar saat ini keluar dari keresahan yang ekstrem tentang kurva imbal hasil AS, tidak dapat disangkal bahwa data AS akhir-akhir ini tampak lemah, sehingga nyaris tidak menghilangkan kekhawatiran tentang prospek [ekonomi],” ujar Hirokazu Kabeya, kepala strategi global di Daiwa Securities.
Sejalan dengan IHSG, nilai tukar rupiah ditutup melemah 35 poin atau 0,25% di level Rp14.208 per dolar AS, setelah mampu rebound dan ditutup menguat 12 poin di posisi 14.173 pada Selasa (26/3).
Saham-saham penekan IHSG:
Kode | (%) |
BMRI | -2,71 |
CPIN | -4,11 |
HMSP | -1,05 |
ICBP | -3,93 |
INDF | -5,07 |
Saham-saham pendorong IHSG:
Kode | (%) |
UNVR | +1,35 |
JSMR | +4,63 |
SMMA | +2,86 |
MAYA | +3,14 |
AMRT | +3,45 |
Sumber: Bloomberg