Bisnis.com, JAKARTA — Laba PT Astra Agro Lestari Tbk. mengalami tekanan akibat lemahnya harga minyak kelapa sawit mentah pada tahun lalu.
VP of Communications Astra Agro Lestari Tofan Mahdi mengungkapkan bahwa tertekannya laba bukan disebabkan oleh melemahnya produksi perseroan. Menurutnya, tekanan terhadap laba karena faktor harga yang berada di luar kendali perseroan.
"Laba tahun lalu tertekan karena harga CPO sedang tertekan. Kondisi industri juga sedangkan tertekan, karena ada oversupply di pasar," ungkapnya saat dimintai konfirmasi, Rabu (27/2/2019).
Tofan mengharapkan, program biodisel yang diterapkan pemerintah sejak tahun lalu bisa meningkatkan serapan CPO di dalam negeri.
Berdasarkan data harga CPO dari laman Bursa Malaysia pada Rabu (27/2/2019) pada pukul 16.35 WIB, untuk kontrak Mei 2019 senilai 2.144 ringgit per ton, atau naik 39 poin.
Lebih detail, Astra Agro mengelola 285.024 hektare kebun sawit yang tersebar di pulau Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi. Dari luasan tersebut, Astra Agro mengelola 218.409 hektare kebun inti dan 66.615 hektar kebun plasma. Selain mengelola inti dan plasma, Astra Agro juga mengelola kebun kemitraan.
Baca Juga
Skema kemitraan dengan petani dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup petani sawit. Namun, harapan tak sesuai dengan realisasi. Sebab, jumlah petani yang ikut dalam program kemitraan tak mengalami peningkatan yang signifikan, malah jumlah pengepul yang mengalami peningkatan.
Perseroan membukukan laba yang diatribusikan kepada pemilik perusahaan pada 2018 senilai Rp1,43 triliun atau turun 27% dari posisi Rp1,96 triliun pada 2017.
Sementara itu, pendapatan bersih emiten bersandi saham AALI mencapai Rp19,08 triliun pada 2018, naik 10,28% dari posisi Rp17,3 triliun pada periode yang sama tahun sebelumnya. Dari sisi produk, minyak sawit mentah dan turunannya memberikan kontribusi hingga Rp16,76 triliun, inti sawit dan turunannya senilai Rp2,11 triliun.
Beban pokok pendapatan pada 2018 mencapai Rp15,54 triliun, naik 18% dari posisi Rp13,16 triliun pada 2017. Peningkatan beban pokok penjualan yang lebih tinggi, membuat laba kotor AALI semakin tertekan. Laba kotor yang dikantongi perseroan per 2018 senilai Rp3,53 triliun, turun 14,7% year on year, dari posisi Rp4,14 triliun.
Hingga Desember 2018, total aset AALI mencapai Rp26,85 triliun. Dari total aset tersebut, liabilitas senilai Rp7,38 triliun dan ekuitas Rp19,47 triliun.