Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dolar AS Stabil Jelang Putusan The Fed, Rupiah Tambah Lesu

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melanjutkan pelemahannya pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Rabu (30/1/2019).
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) melanjutkan pelemahannya pada perdagangan hari kedua berturut-turut, Rabu (30/1/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot ditutup melemah 37 poin atau 0,26% di level Rp14.131 per dolar AS, dari level penutupan perdagangan sebelumnya.

Pada perdagangan Selasa (29/1), nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tergelincir dari penguatannya dan berakhir terdepresiasi 22 poin atau 0,16% di level Rp14.094 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah sempat rebound terhadap dolar AS ketika dibuka menguat tipis 5 poin atau 0,04% di level Rp14.089 per dolar AS pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level Rp14.088 – Rp14.131 per dolar AS.

Pelemahan rupiah hari ini adalah yang terdalam di Asia, sedangkan beberapa mata uang hanya melemah tipis terhadap dolar AS, seperti rupee India dan yen Jepang yang masing-masing terdepresiasi 0,03% dan 0,02% pukul 18.20 WIB.

Namun mayoritas mata uang Asia justru mampu terapresiasi terhadap dolar AS, dipimpin peso Filipina dan renminbi China yang masing-masing menguat 0,27% dan 0,26%.

Mayoritas mata uang di Asia menguat saat pedagang menantikan dimulainya diskusi perdagangan antara Amerika Serikat dan China di Washington dan rilis keputusan pertemuan kebijakan moneter Federal Reserve (FOMC meeting) pada Rabu (30/1) waktu setempat.

Pasar juga menantikan pernyataan Gubernur Federal Reserve Jerome Powell demi memperoleh pandangan bank sentral AS tersebut seputar prospek ekonomi Negeri Paman Sam yang telah terdampak perlambatan pertumbuhan global dan penutupan layanan pemerintahan (government shutdown).

“Kami benar-benar berada dalam pola bertahan, menunggu pernyataan FOMC dan kemungkinan petunjuk dari perundingan perdagangan antara AS dan China karena keduanya akan menentukan tren untuk mata uang di Asia,” kata Khoon Goh, kepala penelitian di ANZ, Singapura.

“Pasar juga ingin melihat apakah The Fed akan menempatkan serangkaian komentar bernada dovish dari para pembuat kebijakan ke dalam pernyataannya,” lanjutnya, seperti dilansir Bloomberg.

Sementara itu, indeks dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau berbalik naik 0,037 poin atau 0,04% ke level 95,858 pada pukul 18.11 WIB.

Pergerakan indeks sebelumnya dibuka turun 0,033 poin atau 0,03% di level 95,788, setelah perdagangan Selasa (29/1) berakhir naik tipis 0,08% atau 0,075 poin di posisi 95,821.

Analis Samuel Sekuritas Indonesia Ahmad Mikail berpendapat pelemahan rupiah dipengaruhi sentimen dari stabilnya indeks dolar AS dan lelang SUN kemarin.

“Stabilnya dolar AS ditopang oleh beragam sentimen yang terjadi, di antaranya ekspektasi pasar terhadap kemungkinan dipertahankannya tingkat suku bunga oleh The Fed,” paparnya dalam riset hari ini.

Hal itu diakibatkan melemahnya kinerja perusahaan-perusahaan di AS sebagai sinyal melambatnya ekonomi negara tersebut serta kembali tingginya ketidakpastian terkait perundingan perdagangan antara AS-China.

Diskusi perdagangan antara AS-China diperumit kasus yang mengganjal Huawei setelah pemerintah AS menuduh raksasa teknologi asal China itu melanggar sanksi AS atas Iran, sehingga membuat investor tidak dapat melepaskan dollar sebagai aset safe haven.

Dari dalam negeri, penurunan penawaran yang masuk terhadap lelang SUN kemarin dari Rp55,6 triliun pada lelang SUN sebelumnya menjadi Rp 48,6 triliun, menjadi katalis yang cukup negatif terhadap rupiah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Fajar Sidik
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper