Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Minyak Mentah Melonjak, Batu Bara Newcastle Rebound

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak teraktif April 2019 ditutup menguat 0,05 poin atau 0,05% ke level US$100,05 per metrik ton.

Bisnis.com, JAKARTA – Harga batu bara di bursa ICE Newcastle mampu rebound ke zona hijau pada akhir perdagangan Selasa (29/1/2019).

Berdasarkan data Bloomberg, harga batu bara di bursa ICE Newcastle untuk kontrak teraktif April 2019 ditutup menguat 0,05 poin atau 0,05% ke level US$100,05 per metrik ton.

Sebelumnya, harga batu bara ditutup melemah 0,65 poin atau 0,65% di level US$100 per metrik ton pada perdagangan Senin (28/1).

Sementara itu, harga batu bara di bursa ICE Rotterdam untuk kontrak teraktif Januari 2020 juga ditutup melemah 0,58% atau 0,50 poin di posisi 86,60 kemarin, setelah ditutup melemah 0,35% atau 0,3 poin ke level US$86,10 per metrik ton pada perdagangan Senin.

Sejalan dengan harga batu bara, harga minyak mentah melonjak setelah Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin mengisyaratkan kemungkinan tercapainya 'gencatan senjata' dalam perang dagang dengan China di tengah ancaman terhadap pasokan minyak mentah global.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Maret 2019 ditutup melonjak US$1,32 di level US$53,31 per barel di New York Mercantile Exchange. Lonjakan tersebut menghapus sebagian besar kemerosotan pada Senin (28/1) yang dipicu tanda-tanda perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Adapun harga minyak Brent untuk pengiriman Maret 2019 berakhir melonjak US$1,39 di level US$61,32 di ICE Futures Europe exchange London. Minyak acuan global ini diperdagangkan premium sebesar US$8,01 terhadap WTI.

Kepada Fox Business Network, Mnuchin mengatakan Gedung Putih dapat menghapus tarif terhadap impor barang-barang China jika pemerintah China memberikan konsesi yang cukup.

Pernyataan itu disampaikan hanya beberapa jam setelah pemerintah Amerika Serikat mengumumkan sanksi yang bertujuan menggulingkan Presiden Venezuela Nicolas Maduro dengan menekan ekspor minyak mentah negara itu.

Kampanye Presiden AS Donald Trump melawan produsen minyak Petroleos de Venezuela SA dimaksudkan untuk meningkatkan posisi pemimpin Majelis Nasional Juan Guaido, yang telah diakui Washington sebagai presiden sementara Venezuela.

Pada Senin (28/1), Guaido mengatakan akan mengendalikan akun Venezuela di luar negeri serta menunjuk dewan baru untuk PDVSA dan anak perusahaannya yang berbasis di Houston, Citgo Petroleum Corp.

“Sanksi itu akan menyebabkan aliran minyak global dialihkan. Kilang di China dan India adalah satu-satunya yang dapat memproses minyak mentah Venezuela di luar AS,” tulis analis Grup Eurasia Risa Grais-Targow dalam risetnya.

Menanggapi sanksi tersebut, Valero Energy Corp. dan sejumlah perusahaan penyulingan AS mulai menimbun minyak mentah Kanada yang kualitasnya serupa dengan minyak dari Venezuela. Sementara itu, perusahaan minyak milik negara Venezuela mulai meminta pembayaran di muka dari kilang minyak.

 

Pergerakan harga batu bara kontrak April 2019 di bursa Newcastle

Tanggal                                    

US$/MT

29 Januari

100,05

(+0,05%)

28 Januari

100

(-0,65%)

25 Januari

100,65

(+0,25%)

24 Januari

100,40

(-0,89%)

23 Januari

101,30

(+1,05%)

Sumber: Bloomberg

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper