Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rupiah Tambah Perkasa di Hadapan Dolar AS

Nilai tukar rupiah semakin menunjukkan keperkasaannya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (18/12/2018).
Karyawan menghitung uang rupiah di sebuah money changer di Jakarta, Selasa (4/9/2018)./Reuters-Willy Kurniawan
Karyawan menghitung uang rupiah di sebuah money changer di Jakarta, Selasa (4/9/2018)./Reuters-Willy Kurniawan

Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah semakin menunjukkan keperkasaannya di hadapan dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Selasa (18/12/2018).

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah di pasar spot menguat 79 poin atau 0,54% dan ditutup di level Rp14.501 per dolar AS, setelah mampu berakhir rebound tipis 1 poin atau 0,01% di posisi 14.580 pada perdagangan Senin (17/12).

Penguatan nilai tukar rupiah mulai berlanjut ketika terapresiasi 19 poin atau 0,13% dari penutupan perdagangan kemarin dan dibuka di posisi 14.561 pagi tadi. Sepanjang perdagangan hari ini, rupiah bergerak di level Rp14.480 – Rp14.561 per dolar AS.

Nilai tukar rupiah bahkan sempat kembali menyentuh kisaran level 14.400 setelah Bank Indonesia (BI) pada pukul 08.30 membuka lelang DNDF (Domestic Non Deliverable Forward) dengan metode Fixed Rate Tender selama 15 menit. 

Selesai lelang, Bank Indonesia juga melakukan intervensi DNDF secara langsung via 8 broker.

Kepala Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia, Nanang Hendarsah, menerangkan, dalam lelang atau intervensi DNDF, BI tidak menggunakan cadangan devisa, melainkan dalam rupiah tergantung dari hasil fixing dua hari sebelum kontrak DNDF jatuh waktu.

Ke depannya, Nanang menambahkan, lelang DNDF akan dilakukan secara reguler tiap hari pukul 08.30 WIB, dan dapat dibuka sesi sore pukul 15.45 WIB.  Antara jeda waktu kedua lelang pagi dan sore, BI dapat melakukan intervensi DNDF.

"Lelang dan intervensi tersebut selain untuk menjaga stabilitas rupiah, juga untuk membuat pasar DNDF menjadi lebih berkembang dan likuid," papar Nanang.

Bersama rupiah, rupee India yang terapresiasi tajam 1,57% memimpin penguatan mayoritas mata uang di Asia terhadap dolar AS hari ini. Apresiasi kedua mata uang ini disusul yen Jepang dan dolar Singapura yang masing-masing menguat 0,51% dan 0,2%.

Dilansir dari Bloomberg, rupee India dan rupiah memimpin penguatan mata uang di Asia saat harga minyak anjlok dan kekhawatiran seputar pertumbuhan ekonomi global membebani dolar AS.

Harga minyak WTI kontrak Januari 2019 hari ini terpantau terus tersungkur 2,63% ke level US$48,57 per barel pada pukul 18.46 WIB, setelah berakhir anjlok 2,58% di posisi 49,88 pada perdagangan Senin (17/12).

Adapun patokan Eropa minyak Brent untuk kontrak Februari 2019 terjerembab 2,28% atau 1,36 poin ke US$58,25 per barel, setelah berakhir melorot 1,11% di posisi 59,61 kemarin.

Sementara itu, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sejumlah mata uang utama terpantau lanjut melemah 0,383 poin atau 0,39% ke level 96,717 pada pukul 18.43 WIB.

Pergerakan indeks dolar sebelumnya dibuka di zona hijau dengan kenaikan tipis 0,032 poin atau 0,03% di level 97,132, setelah pada perdagangan Senin (17/12) berakhir terkoreksi 0,35% atau 0,343 poin di posisi 97,100.

Pasar memperkirakan para pembuat kebijakan Federal Reserve AS akan menaikkan suku bunga untuk keempat kalinya tahun ini dalam pertemuan kebijakan (FOMC) yang digelar pada 18-19 Desember waktu setempat.

Kendati demikian, investor akan lebih menantikan petunjuk arah kebijakan moneter bank sentral AS tersebut beserta prospek untuk ekonomi AS pada tahun depan.

“Mayoritas mata uang Asia kemungkinan akan melacak pergerakan dolar AS sebelum dan sesudah FOMC,” kata Maximillian Lin, seorang pakar strategi Asia di NatWest Markets, Singapura.

“Mengingat langkah penaikan yang dovish oleh The Fed dovish sudah diperhitungkan, kami pikir ada risiko FOMC tidak sepenuhnya memenuhi ekspektasi dovish pasar keuangan, sehingga menyebabkan dolar tetap kuat hingga akhir tahun.”

                                                                                                         

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rustam Agus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper