Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Berjangka Jakarta berencana meluncurkan kontrak karet pada tahun ini, akan tetapi terkendala oleh kesepakatan tripartite dengan Malaysia dan Thailand.
Direktur Utama Bursa Berjangka Jakarta (BBJ) Stephanus Paulus Lumintang mengatakan, pada tahun ini BBJ berencana meuncurkan kontrak karet berjangka.
Namun, dia pesimistis kontrak itu bisa terwujud karena belum ada kesepakatan tripartite dengan Malaysia dan Thailand hingga saat ini.
“Sebenarnya kami sedang mengusahakan karet futures yang harusnya tahun ini. Tetapi sudah mau akhir tahun berlum terlaksana karena karet itu kan tripartite antara Malaysia, Thailand, dan Indonesia yang sampai saat ini belum ada sebuah kesepakatan bersama,” ujarnya saat ditemui Bisnis di Jakarta, Rabu (7/11/2018).
BBJ menginginkan kontrak tersebut menjadi pasar bersama dengan Indonesia menggunakan produk TSR 20, Thailand dengan RSS3, dan Malaysia dengan latex. Untuk jenis produk, Paulus belum bisa memastikan dengan jelas karena hanya fokus mengurus perkembangan di Indonesia.
“Saya sudah pesimis karena sampai saat ini saja belum ada kesepakatan di antara tiga negara itu. Tetapi kami masih tetap menggodok, kami akan tetap berusaha untuk menjalankan dan menggeser programnya ke program 2019,” tegasnya.
Selain karet, BBJ juga akan menggenjot yang kontrak syariah yang sudah di tahap penyelesaiansetelah melakukan pertemuan dengan dewan syariah bersama dengan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti).
Selain itu, tahun depan BBJ juga akan melakukan revitalisasi kontrak dengan sejumlah kontrak akan kembali disesuaikan dengan keadaan pasar.