Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasokan Kapas Global Bakal Defisit

Pasar kapas pada musim 2017/2018 diperkirakan akan mengalami defisit sebanyak 204.000 bal. Kondisi tersebut masih terpantau menguatkan pergerakan harga kapas yang telah tumbuh hingga 3,98% sepanjang tahun berjalan.
Ilustrasi./JIBI-Reuters
Ilustrasi./JIBI-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar kapas pada musim 2017/2018 diperkirakan akan mengalami defisit sebanyak 204.000 bal. Kondisi tersebut masih terpantau menguatkan pergerakan harga kapas yang telah tumbuh hingga 3,98% sepanjang tahun berjalan.

Berdasarkan data Departemen Pertanian AS (USDA), output kapas global pada musim 2017/2018 diperkirakan akan naik 7% menjadi lebih dari 120 juta bal. Perkiraan produksi naik di sebagian besar negara produsen utama.

Produksi AS pada musim ini diprediksi akan lebih tinggi 10% lantaran kondisi cuaca yang menguntungkan mendorong imbal hasil, terutama di Texas. Produksi China naik pada hasil panen dan luas area panen yang lebih tinggi.

Adapun, produksi di India naik hampir 5% sejak Mei karena panen di wilayah yang lebih tinggi, namun dalam beberapa bulan terakhir, ekspektasi hasil telah diturunkan karena masalah hama yang berkembang di akhir musim.

Dari segi konsumsi, USDA memaparkan bahwa konsumsi dunia terus meningkat lebih dari 4% yang sebagian besar didorong oleh permintaan dari China. Konsumsi juga cenderung meningkat sepanjang tahun di India, Vietnam, dan Bangladesh.

“Meskipun kenaikan konsumsi secara substansial kurang dari kenaikan produksi, ramalan untuk persediaan akhir global di musim 2017/2018 akan mengalami defisit 204.000 bal,” papar USDA.

“Pada musim 2017/2018, hanya ada sedikit perubahan pada neraca global dengan produksi dan konsumsi di China sedikit naik dan produksi di India sedikit turun,” lanjutnya.

Sementara dari segi harga, terpantau pada perdagangan Rabu (28/2/2018) pukul 16.38 WIB, harga menguat 0,01 poin atau 0,01% menjadi US$82,26 sen per pon.

Secara year to date (ytd), harga menguat 3,98% dari level US$78,96 sen per pon yang dicapai pada 29 Desember 2017. Tahun lalu, harga telah tumbuh 13,94%, performa terbaik diantara komoditas perkebunan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper