Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Kapas India Bakal Lebih Rendah

Output kapas di India diperkirakan lebih rendah daripada perkiraan sebelumnya. Pasalnya, tanaman kapas mengalami kerusakan akibat hama.
Ilustrasi./Reuters
Ilustrasi./Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Output kapas di India diperkirakan lebih rendah daripada perkiraan sebelumnya. Pasalnya, tanaman kapas mengalami kerusakan akibat hama.

Dilansir dari Bloomberg, produksi kapas Negeri Hindia kemungkinan akan lebih rendah untuk kedua kalinya dalam waktu sekitar sebulan karena adanya hama perusak bagi beberapa tanaman di negara produsen utama dunia tersebut.

“Produksi diprediksikan akan berjumlah 36 juta bal pada musim yang dimulai pada 1 Oktober, lebih rendah dari perkiraan awal bulan sebesar 36,7 juta bal dan 37,5 juta bal pada Desember,” kata Atul Ganatra, Presiden Asosiasi Kapas India.

Sebagai informasi, perhitungan musim pada kapas dimulai pada Oktober dan berakhir pada September. Jadi, musim 2017/2018 dimulai pada Oktober 2017 dan berakhir pada September 2018.

Asosiasi tersebut mencatatkan pada musim 2016/2017, India memproduksi kapas sebanyak 33,73 juta bal [1 bal sama bobotnya dengan 170 kilogram]. Asosiasi secara resmi akan memperbaharui perkiraannya untuk tahun ini di awal Maret.

Cotlook Ltd, sebuah perusahaan yang biasa melaporkan berita dan informasi kapas terbaru kepada industri kapas dunia menuturkan, produksi tanaman kapas yang lebih rendah dari perkiraan disebabkan oleh bollwarm [ulat yang menyerang tanaman kapas], terutama di Maharashtra, Karnataka, dan Telangana.

Kondisi tersebut dinilai akan mendorong pemangkasan surplus. Cotlook Ltd. pada bulan ini juga mengurangi perkiraan surplus pada musim 2017/2018.

“Pasar kapas dunia akan beralih ke kondisi defisit pada musim 2018/2019 di tengah meningkatnya konsumsi di China, India, Bangladesh, dan Vietnam,” ungkap asosiasi.

Sementara itu, dari segi ekspor, diperkirakan akan mencapai 5,2 juta bal hingga 5,5 juta bal di musim ini, lebih rendah dari 6,3 juta bal pada musim sebelumnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Bloomberg
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper