Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Persediaan Menyusut, Harga Kapas Menguat

Harga kapas global melanjutkan pertumbuhan di awal 2018 setelah di tahun lalu mengalami kenaikan tertinggi diantara komoditas pertanian lainnya.
Ilustrasi/JIBI
Ilustrasi/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA–Harga kapas global melanjutkan pertumbuhan di awal 2018 setelah di tahun lalu mengalami kenaikan tertinggi diantara komoditas pertanian lainnya.

Pada penutupan perdagangan Jumat (12/1/2018), harga kapas melemah tipis 0,97 poin atau 1,17% menjadi US$81,68 sen per pon di bursa ICE New York. Kendati melemah, tercatat sepanjang tahun, harga tumbuh 2,52% secara year to date (ytd).

Tahun lalu, kapas menjadi komoditas yang paling menguntungkan di antara komoditas pertanian lainnya. Kapas memimpin dengan kenaikan 11% seiring dengan permintaan yang tumbuh pada ekspor AS sebagai negara eksportir kapas terbesar di dunia.

Memasuki tahun baru 2018, harga ditutup di level US$78 sen per pon, reli 10 sesi berturut—turut, beruntun terbaik sejak 1998.

Penguatan harga kapas telah dipicu oleh persediaan yang menipis dari India, negara produsen kapas terbesar di dunia. Menipisnya persediaan tersebut menyebabkan kekurangan di pasar global dan mengangkat harga kapas global mendekati level tertinggi dalam 3 tahun.

Kondisi ini berlanjut menguntungkan Amerika Serikat, Brasil, dan beberapa pemasok utama lainnya dalam meningkatkan pangsa pasar mereka, terutama di Asia.

“Pabrik—pabrik mencari tempat lain untuk impor kapas. Mereka akan datang ke AS, Afrika Barat, kemudian ke Australia dan Brasil,” kata Peter Egli, direktur manajemen risiko di British Merchant Plexus Cotton.

Berdasarkan data U.S Departemen Agriculture (USDA), AS telah berkomitmen untuk menjual 678.720 bal kapas ke Bangladesh pada musim ini, jauh dari dua kali lipat kuantitas yang terjual setahun sebelumnya.

Bangladesh telah muncul sebagai pembeli terbesar kapas India berkat harga yang kompetitif dan biaya pengiriman yang lebih rendah. Negeri Bangla menghabiskan hampir separuh kebutuhan impor tahunannya dari 7 juta bal dari India.

Berdasarkan data Departemen Pertanian AS (USDA), perkiraan global kapas pada musim 2017/2018 diperkirakan akan naik 7% menjadi lebih dari 120 juta bal. Perkiraan produksi naik di sebagian besar negara produsen utama.

Produksi AS lebih tinggi 10% lantaran kondisi cuaca yang menguntungkan mendorong imbal hasil, terutama di Texas. Produksi China naik pada hasil panen dan luas panen yang lebih tinggi.

Adapun produksi di India naik hampir 5% sejak Mei karena panen di wilayah yang lebih tinggi, namun dalam beberapa bulan terakhir, ekspektasi hasil telah diturunkan karena masalah hama yang berkembang di akhir musim.

Dari segi konsumsi, USDA memaparkan bahwa konsumsi dunia terus meningkat lebih dari 4% yang sebagian besar didorong oleh permintaan dari China. Konsumsi juga cenderung meningkat sepanjang tahun di India, Vietnam, Bangladesh.

“Meskipun kenaikan konsumsi secara substansial kurang dari kenaikan produksi, ramalan untuk persediaan akhir global di musim 2017/2018 akan mengalami defisit 204.000 bal,” ungkap USDA.

Angka tersebut didapat dari selisih antara jumlah ekspektasi produksi dan konsumsi. Produksi diperkirakan akan mencapai 1,009 juta bal, sementara konsumsi mencapai 1,240 juta bal.

“Pada musim 2017/2018, hanya ada sedikit perubahan pada neraca global dengan produksi dan konsumsi di China sedikit naik dan produksi di India sedikit turun,” tegasnya. (Reuters)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Eva Rianti
Sumber : Reuters
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper