Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wall Street Ditutup Melemah, Dow Jones Catat Penurunan Terbesar Dalam Sejarah

Bursa saham Amerika Serikat merosot dalam perdagangan yang sangat fluktuatif pada hari Senin, (5/2/2018) dengan indeks Dow sempat turun hampir 1.600 poin.

Bisnis.com, JAKARTA – Bursa saham Amerika Serikat merosot dalam perdagangan yang sangat fluktuatif pada hari Senin, (5/2/2018) dengan indeks Dow sempat turun hampir 1.600 poin.

Indeks Dow Jones mencatatkan penurunan terbesar dalam sejarah, karena investor bergulat dengan kenaikan imbal hasil obligasi dan potensi kenaikan inflasi.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 1.175,21 poin atau 4,6% ke level 24.345,75, sedangkan indeks Standard & Poor’s 500 melemah 113,19 poin atau 4,10% ke level 2.648,94 dan Nasdaq Composite turun 273,42 poin atau 3,78% ke 6.967,53.

S & P 500 berakhir melemah 7,8% dari rekor tertinggi pada 26 Januari, sedangkan indeks Dow Jones turun 8,5% dari rekor tertingginya. Indeks Dow Jones bahkan sempat merosot hingga 6,3% atau 1.597 poin, penurunan poin intraday terbesar yang pernah ada.

Sektor finansial, kesehatan dan industri turun paling signifikan di antara 11 sektor utama indeks S&P yang juga melemah lebih dari 1,7%. Sementara itu, 30 saham blue-chip Dow Jones berakhir negatif.

Dilansir Reuters, banyak investor telah bersiap menghadapi pelemahan sejak beberapa bulan lalu karena pasar saham telah berulang kali mencetak rekor tertinggi, didorong oleh data ekonomi dan prospek pendapatan perusahaan yang solid, yang belakangan diperkuat oleh pemotongan pajak perusahaan.

Sementara itu, data tenaga kerja Januari lalu memicu kekhawatiran akan inflasi dan lonjakan imbal hasil obligasi, serta kekhawatiran bahwa Federal Reserve akan menaikkan suku bunga dengan laju yang lebih cepat dari perkiraan.

"Pasar telah mengalami kemunduran yang luar biasa," kata Michael O'Rourke, kepala analis JonesTrading In Greenwich, Connecticut, seperti dikutip Reuters.

"Kita memiliki lingkungan di mana tingkat suku bunga meningkat. Kita memiliki ekonomi yang lebih kuat sehingga The Fed harus terus memperketat kebijakannya. Ada dapat lihat adanya perubahan nyata yang terjadi dan investasi yang berbeda disesuaikan dengan hal tersebut," lanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper