Bisnis.com, JAKARTA—Dolar Amerika Serikat menguat dari level terendah dalam tiga tahun terakhir terhadap sejumlah mata uang utama hari ini Selasa (30/1/2018) menyusul kenaikan imbal hasil obligasi AS karena para pelaku pasar menunggu pertemuan kebijakan Federal Reserve AS untuk katalis baru. .
Indeks dolar AS, yang melacak pergerakan greenback terhadap sejumlah mata uang utama lainnya, terpantau menguat 0,06% atau 0,057 poin ke level 89,365 pada pukul 8.36 WIB setelah dibuka naik ke posisi 89,442.
Terhadap yen, pelemahan dolar mereda menjadi 0,13% atau 0,14 poin ke level 108,82 yen per dolar AS pada pukul 8.48 WIB.
Pada hari Senin, imbal hasil obligasi pemerintah AS bertenor 10 tahun mencapai puncaknya pada level 2,727%, tertinggi sejak April 2014, sehingga memperkuat daya tarik terhadap dolar AS.
Stephen Innes, kepala perdagangan di Asia Pasifik untuk Oanda, mengatakan kenaikan imbal hasil obligasi AS membantu memacu short-covering dalam dolar.
"Saya pikir itu membuat khawatir banyak (pedagang dengan) posisi short dolar," kata Innes.
Walaupun kenaikan imbal hasil obligasi AS mungkin berasal dari kekhawatiran kemungkinan kenaikan emisi obligasi, mungkin juga ada beberapa kehati-hatian menjelang pertemuan Fed yang dimulai pada hari Selasa, tambahnya.
Pada hari ini pula, pelaku pasar juga akan mengalihkan fokus mereka pada pidato kenegaraan Presiden Amerika Serikat Donald Trump yang disampaikan di Kongres.
Trump mengatakan pada hari Senin bahwa dia akan membahas perombakan imigrasi yang diusulkannya dalam pidatonya dan juga usahanya untuk mengurangi hambatan ekspor AS di seluruh dunia. Presiden juga akan menjelaskan rencana infrastrukturnya yang sangat dinanti dalam pidatonya.
Sementara itu, The Fed secara luas diperkirakan akan mempertahankan suku bunga acuannya pada pertemuan kebijakannya yang dimulai hari Selasa. Investor akan berfokus pada penilaian bank sentral mengenai ekonomi dan inflasi untuk petunjuk mengenai prospek kebijakan moneter.