Bisnis.com, JAKARTA - Bank Sentral Amerika Serikat atau Federal Reserve diperkirakan bakal mengerek suku bunga acuan dari level 0,25%--0,75% sebanyak enam kali sampai dua tahun mendatang.
Melalui publikasi risetnya, Senior FX Strategist ABN Amro Bank Roy Teo mengatakan, pihaknya sudah menaikkan proyeksi pertumbuhan dolar AS seiring dengan sejumlah agenda ekonomi yang disampaikan Presiden Donald Trump.
Dalam pidato kemenangannya pada 9 November 2016, Trump menegaskan akan meningkatkan belanja infrastruktur, membuka lapangan kerja, memacu pertumbuhan ekonomi AS, dan meningkatkan inflasi.
Rencana Sang Presiden menumbuhkan optimisme akan melajunya pertumbuhan ekonomi AS sekaligus inflasi. Selain itu, Federal Reserve dapat semakin agresif mengerek suku bunga untuk meredam inflasi berlebihan.
Terdekat, aksi pengerekan suku bunga dipercaya akan dilakukan dalam Rapat Federal Open Market Committee (FOMC) pada 13--14 Desember 2016. Probabilitas peluangnya kini sudah mencapai 100%, sehingga dipercaya dapat terjadi.
"Kami memperkirakan Fed akan mengerek suku bunga sebanyak enam kali dalam dua tahun ke depan. Ini lebih tinggi dibandingkan ekspektasi pasar yang memprediksi empat kenaikan [suku bunga]," ujar Teo.
Kombinasi penguatan pertumbuhan ekonomi AS, inflasi, dan juga yield obligasi akan menopang penguatan dolar AS.
Pada perdagangan Jumat (25/11/2016) pukul 19:09 WIB, indeks dolar turun 0,23% atau 0,23 poin menjadi 101,47. Meski melemah, indeks sudah meningkat 2,87% sepanjang tahun berjalan.
Oleh karena itu, dolar AS diperkirakan bergerak melambat pada 2018 ketika yield mulai menyempit, pertumbuhan ekonomi berjalan pelan, dan Fed menghentikan siklus kenaikan suku bunga.