Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak terkoreksi setelah Arab Saudi dan Rusia mengumumkan kesepakatan mempertahankan level produksi, bukan mengurangi output.
Kontrak WTI diperdagangkan melemah 1,12% ke US$29,11 per barel pada pukul 04.17 WIB, sedangkan Brent turun 3,2% ke US$32,32 per barel di bursa komoditas London.
Penurunan harga minyak mentah mengindikasikan kekecewaan investor atas hasil kesepakatan yang diumumkan oleh Menteri Energi Arab Saudi Ali Al-Naimi dan Menteri Energi Qatar Muhammad bin Saleh Al-Sada.
Al-Naimi mengatakan Arab Saudi, Rusia, Qatar dan Venezuela setuju untuk mempertahankan produksi minyak di level produksi Januari. Langkah tersebut, menurutnya, adalah awal dari proses upaya stabilisasi pasar.
Produsen minyak mentah terbesar dunia Arab Saudi memompa 10,2 juta barel minyak per hari pada Januari, sedikit di bawah level historis sebanyak 10,57 juta barel per hari yang dicapai pada Juli 2015. Adapun Rusia merupakan produsen terbesar kedua dunia dengan level produksi 10,9 juta barel per hari pada Januari.
Pengumuman pembekuan volume produksi diberikan setelah pertemuan antara Al-Naimi dan Al-Sada dengan Menteri Energi Rusia Alexander Novak. Pertemuan tersebut adalah hasil dari upaya Venezuela melobi negara produsen minyak dalam sebulan terakhir.
“Ini adalah pengumuman pembekuan produksi di negara-negara yang hasil produksinya memang tidak tumbuh dalam beberapa waktu terakhir. Jika Iran dan Irak tidak ikut serta, ini tidak berati banyak. Lagipula belum tentu negara produsen menepati kesepakatan,” kata Eugen Weinberg dari Commerzbank AG di Frankfurt kepada Bloomberg.
Iran, anggota OPEC dengan produksi minyak terbesar kedua, telah menyatakan akan menambah produksi 1 juta barel per hari untuk meraih kembali market share yang hilang selama negara itu terkena sanksi internasional. Minyak mentah dari Iran mulai dikapalkan ke Eropa pada pekan ini oleh kapal milik Total SE, Prancis. Kapal tanker milik perusahaan China dan Spanyol juga telah dijadwalkan berlabuh di Iran.