Bisnis.com, JAKARTA—Rupiah menguat melawan arus pelemahan kurs Asia pada Kamis (17/12/2015) ditopang aliran dana ke pasar obligasi pemerintah.
Rupiah ditutup menguat 62 poin atau 0,44% ke Rp14.009 per dolar AS setelah bergerak antara Rp13.998—Rp14.081 per dolar AS setelah terapresiasi 6 poin ke Rp14.065 di pembukaan.
Mata uang Garuda bergerak melawan arus pelemahan kurs lain di Asia, terutama reniminbi yang merosot 0,42% di pasar offshore dan dolar Singapura yang merosot 0,41%.
Salah satu faktor yang menopang apresiasi rupiah adalah peningkatan aktivitas di pasar obligasi sekunder yang menekan yield obligasi pemerintah.
Data Bloomberg menunjukkan yield SUN bertenor 10 tahun merosot 18 bps ke 8,691%, meneruskan pelemahan 13 bps kemarin. Obligasi pemerintah tersebut diperdagangkan menguat 1,24% ke level 97,800.
Investor kembali masuk ke pasar yang dinilai lebih berisiko, termasuk Indonesia, setelah The Fed menaikkan suku bunga acuan dari 0–0,25% menjadi 0,25–0,50%.
Langkah The Fed memberi kepastian terhadap pasar yang dalam setahun terakhir bergejolak karena spekulasi waktu penaikan.
Selain itu, Gubernur The Fed Janet Yellen menjelaskan indikasi kenaikan Desember dilakukan agar kenaikan Fed Fund Rate pada 2016 bisa dilakukan secara bertahap.
Nilai tukar rupiah berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia pagi tadi ditetapkan di Rp14.028 per dolar AS, menguat 22 poin dari kurs kemarin.
Pergerakan Rupiah di Bloomberg Dollar Index
Tanggal | Level (Rp/US$) | Perubahan (%) |
17/12/2015 | 14.009 | +0,44% |
16/12/2015 | 14.071 | -0,18% |
15/12/2015 | 14.046 | +0,55% |
14/12/2015 | 14.123 | -0,93% |
11/12/2015 | 13.993 | -0,29% |
Sumber: Bloomberg