Bisnis.com, JAKARTA- Meski volatilitas di pasar saham masih tinggi dan sejumlah emiten menunda rencana penawaran saham perdana, Bursa Efek Indonesia belum berniat revisi dan tetap optimistis jumlah emiten tahun ini bisa bertambah sebanyak 32 emiten.
Sejak awal tahun hingga saat ini, tercatat ada tujuh perusahaan yang mencatatkan sahamnya di lantai Bursa Efek Indonesia. Adapun, enam perusahaan melakukan penawaran perdana saham (initial public offering/IPO) a.l PT Bank Yudha Bhakti Tbk. (BYBB), PT Mitra Keluarga Karyasehat Tbk. (MIKA), PT PP Properti Tbk. (PPRO), PT Puradelta Lestari Tbk. (DMAS), PT Mega Manunggal Property Tbk. (MMLP) dan Merdeka Copper Gold Tbk. (MDKA).
Sedangkan, satu perusahaan, yakni PT Mitra Energi Persada Tbk. (KOPI) baru saja melakukan pencatatan kembali sahamnya (relisting). Dengan demikian, total perusahaan yang melantai di bursa berjumlah 7 perusahaan. Padahal, target emiten baru BEI tahun ini mencapai 32 emiten.
Direktur Penilaian BEI Hoesen mengatakan hingga saat ini sudah ada enam perusahaan yang mengantongi konrak pendahuluan IPO dan siap mencatatkan diri di lantai bursa pada pengujung semester I tahun ini. Keenam emiten tersebut a.l PT Binakarya Jaya Abadi, PT Garuda Metalindo, PT Anabatic Technologies, PT Gelombang Seismic Indonesia (SIC), PT Bank Harda Internasional, dan PT Bukaka Teknik Utama.
“Kalau dihitung, kemarin sudah 7, sekarang ditambah lagi 6. Kalau ditotal jadi berapa, kurang sedikit dari target setengah tahun yang 16 emiten. Masih optimis dan belum ada revisi,” kata Hoesen di Jakarta, Senin (22/6).
Untuk Bukaka Teknik Utama, kata Hoesen, perusahaan milik keluarga Kalla ini akan memakai laporan keuangan Desember 2014 sebagai dasar valuasi. Adapun, pada pencatatan kembali (relisting) saham Bukaka tidak ada penjaringan dana. Namun, memuungkinkan juga bila setelah itu mereka ingin mencari dana.
Bukaka yang dahulu memiliki kode emiten BUKK itu sejatinya telah merencanakan relisting ini sejak 2011. Ketika itu, jumlah saham publik masih mencapai 54%. Namun, Bukaka terdepak dari BEI pada Agustus 2006 akibat status laporan keuangan yang bermasalah. Empat tahun berturut-turut, laporan keuangan Bukaka yang telah diaudit mendapat opini disclaimer dari kantor akuntan publik.
Deputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II Otoritas Jasa Keuangan Noor Rachman menuturkan OJK saat ini tengah memproses empat perusahaan yang siap IPO pada pengujung semester I/2015. Mereka adalah PT Garuda Metalindo, PT Binakarya Jaya Abadi, PT Anabatic Technologies, dan Bank Harda Internasional. Seluruh emiten tersebut menggunakan laporan keuangan Desember 2014 sebagai dasar valuasi.
Namun, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal OJK Nurhaida lebih optimistis lagi. Dia memperkirakan, dalam pipeline OJK ada sekitar 8-9 perusahaan yang siap IPO dalam waktu dekat. “Mari kita lihat bersama-sama, dengan segala kebijakan yang diambil, kondisi diharapkan akan membaik sehingga apa yang sudah ditargetkan tercapai,” jelasnya.
Melihat kondisi pasar saham saat ini, sejumlah emiten yang tetap merealisasikan rencana IPO dalam waktu dekat terbilang berani. Pasalnya, kondisi pasar saham dan makroekomi yang kurang baik, bisa mempengaruhi harga saham nantinya. Saat ini, diperkirakan ada beberapa perusahaan yang mundur menawarkan sahamnya ke publik lantaran kekhawatiran rendahnya harga per saham.