Bisnis.com, JAKARTA - Nurhaida, Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menuturkan diterbitkannya roadmap pasar modal syariah lantaran industri sektor itu saat ini belum berkembang. Misalnya, kinerja sukuk korporasi dan reksa dana syariah yang masih jauh dari harapan.
Menurutnya, hingga akhir April 2015, jumlah reksa dana hanya sekitar 78 produk atau sekitar 8% dari jumlah reksa dana konvesnsional. Begitu juga dengan nilai aktiva bersih (NAB) yang hanya berkontribusi 4,53% atau senilai Rp11,6 triliun terhadap jumlah NAB industri reksa dana yang Rp255,96 triliun.
Adapun, dilihat dari indeks literasi keuangan sektor jasa keuangan, jumlah masyarakat yang terliterasi dengan baik terhadap pasar modal hanya 3,79%. Sekitar 93,79% tidak terliterasi, sisanya cukup terliterasi dan kurang terliterasi. Sementara di perbankan, masyarakat yang terliterasi dengan baik mencapai 21,80%, cukup terliterasi 75,44% dan yang tidak terliterasi hanya 0,73%.
Kemudian, pasar sukuk korporasi juga tak bergerak. Data OJK menyebut sejak awal tahun ini hingga 27 Maret 2015 tidak ada emisi sukuk korporasi, sedangkan sepanjang 2014 emisi sukuk korporasi hanya Rp920 miliar. Minimnya penerbitan sukuk korporasi menjadi momok di pasar modal Indonesia selama ini.
Oleh sebab itu, OJK menerbitkan roadmap pasar modal syariah 2015-2019 yang bakal dijadikan acuan para stake holders dan pelaku pasar dalam mengembangkan pasar modal syariah.
"Kami juga meluncurkan logo dan tagline sebagai komitmen serius kami mengembangkan industri ini,” kata Nurhaida usai Launching Logo dan Tagline Pasar Modal Syariah di Jakarta, Selasa (5/5/2015).
Dia menilai, roadmap ini diperlukan dalam rangka mempercepat pertumbuhan pasar modal syariah di Indonesia dengan strategi pengembangan yang terencana, komprehensif, dan terukur. Strategi tersebut dituangkan dalam arah pengembangan pasar modal syariah Indonesia dalam 5 tahun ke depan.