BISNIS.COM, JAKARTA--Harga emas, yang turun 17% sejak Januari, diprediksi terus turun hingga 20% tahun ini setelah inflasi tidak kunjung melambat di tengah menguatnya risiko ancaman perlambatan ekonomi global.
"Emas akan diperdagangkan pada harga US$1.100 per ons dalam satu tahun dan di bawah US$1.000 dalam 5 tahun," ujar Ric Deverell, Kepala Riset Komoditas Credit Suisse Group AG.
Namun, lanjutnya, harga yang rendah tersebut diduga tidak akan menjadi daya tarik bagi bank sentral untuk melakukan pembelian.
Data International Monetary Fund (IMF) menunjukkan cadangan emas yang dikuasai sejumlah bank sentral secara keseluruhan meningkat ke level tertinggi dalam 8 tahun setelah Rusia, Kazakhstan hingga kawasan Mongolia meningkatkan cadangan mereka,
“Harga emas akan terpukul,” ujar Deverell seperti dikutip Bloombereg, Jumat (17/5/2013).
Menurutnya, kebutuhan untuk membeli emas guna melindungi kekayaan turun dan kemungkinan inflasi dalam satu sampai tiga tahun menipis.
Para investor kehilangan kepercayaan pada nilai tradisional meski bank sentral terus mencetak uang untuk skala yang tidak pernah terjadi sebelumnya.
"Emas telah menjadi “banteng luka”, tutur laporan Credit Suisse. (ra)