Bisnis.com, JAKARTA—PT Bangun Karya Perkasa Jaya Tbk. (KRYA) berencana memacu bisnis kendaraan listrik (EV) seiring dengan penetapan susunan direksi dan komisaris terbaru perseroan.
Pada Selasa (26/8/2025), KRYA menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang menjadi momentum transformasi perusahaan. Agenda utama rapat adalah pengangkatan dan pengesahan manajemen baru.
William Teng menjadi Direktur Utama KRYA, yang saat ini juga menjabat sebagai CEO ECGO, perusahaan teknologi yang berfokus pada kendaraan listrik (EV). Adapun, Brigitta Notoatmodjo diangkat menjadi Direktur KRYA, melanjutkan dari manajemen sebelumnya.
Di jajaran komisaris, An Shaohong menjadi Komisaris Utama, dan William Ong diangkat sebagai Komisaris Independen KRYA.
William Teng menyampaikan dengan bergabungnya tim manajemen baru yang membawa sumber daya, keahlian, dan jaringan strategis di ekosistem kendaraan listrik (EV), perseroan yakin akan mampu menghadirkan strategi bisnis yang lebih kompetitif, inovatif, dan berkelanjutan, serta memperkuat tata kelola perusahaan untuk meningkatkan nilai tambah pemegang saham.
“Kami berkomitmen untuk memimpin KRYA menuju kemajuan yang lebih besar melalui strategi bisnis inovatif, kolaborasi lintas industri, dan fokus pada pertumbuhan berkelanjutan,” katanya dalam siaran pers, Kamis (28/8/2025).
Baca Juga
Sejak tahun 2019, pemerintah Indonesia gencar mendukung pengembangan industri kendaraan listrik sehingga menarik banyak investor untuk masuk. Dengan berakhirnya RUPS KRYA, hal ini menandai bahwa gelombang investasi kendaraan listrik yang muncul sejak 2022 mulai menunjukkan hasil.
Pada saat yang sama, hal ini juga menandai bahwa KRYA menjadi perusahaan kendaraan listrik pertama yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (IDX) sejak gelombang investasi kendaraan listrik 2022.
William Teng menyampaikan bahwa KRYA telah mengakuisisi 51% saham pengendali di ECGO, sebuah perusahaan yang telah beroperasi selama 7 tahun di Indonesia dan membangun ekosistem lengkap kendaraan listrik roda dua (e- motor).
Dengan memanfaatkan keunggulan KRYA sebagai perusahaan publik, ECGO dapat memperoleh lebih banyak sumber daya dan peluang integrasi industri. William optimistis dalam 5 tahun ke depan mampu mencapai penjualan tidak kurang dari 1 juta unit e-motor.
William menambahkan bahwa biaya produksi e-motor hanya 50% dari motor berbahan bakar bensin, sementara biaya energi hanya 25% dari biaya bensin.
Dia yakin bahwa dalam 5 tahun ke depan, penjualan e-motor dapat mencapai 35% dari total penjualan motor di Indonesia, atau sekitar 2,1 juta unit per tahun, dengan nilai penjualan tahunan mencapai Rp40 triliun.
Selama 7 tahun, ECGO telah membangun ekosistem yang lengkap, meliputi platform pengembangan kendaraan, manajemen baterai dan penukaran baterai, rantai pasok global, manajemen dan mitigasi risiko pengguna, pemantauan kendaraan dan baterai secara real-time, pembayaran harian untuk pengemudi, serta pameran produk serta layanan purna jual.
“Ekosistem ini menjamin ECGO tetap memiliki keunggulan kompetitif di industri kendaraan listrik dan menjadi pemain utama di sektor ini,” jelasnya.
William Teng menyampaikan pengguna terbesar ECGO saat ini adalah pengemudi ojek online (ojol). Dengan hanya membayar Rp39.000 per hari, para pengemudi dapat menggunakan e-motor ECGO tanpa batas jarak.
Dibandingkan biaya bensin Rp50.000–60.000 per hari, pengemudi ojol yang menggunakan ECGO dapat menghemat hingga Rp1,2 juta per bulan. Hingga kini, sudah ada lebih dari 70.000 pengemudi ojol yang mengajukan permohonan untuk menggunakan produk ECGO.
Dengan masuknya KRYA sebagai pemegang saham pengendali, kapasitas produksi ECGO akan ditingkatkan guna memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang.
Selain itu, William menyampaikan bahwa pemegang saham utama KRYA, Green City SG, berencana melakukan putaran pendanaan baru untuk meningkatkan kepemilikannya di KRYA sekaligus meluncurkan rencana rights issue dengan target penggalangan dana Rp300 miliar.
Dana ini akan digunakan untuk mendukung ekspansi bisnis ECGO, termasuk mencapai target penjualan 55.000 unit pada 2026, serta mencapai target jangka panjang penjualan minimal 1 juta unit e-motor dalam 5 tahun ke depan.