Dukungan Otoritas Kebijakan Pro-Market
Sementara untuk memastikan perusahaan yang IPO adalah perusahaan yang berkualitas, Nafan menilai pihak otoritas perlu menekankan implementasi good governance dan memastikan komitmen perusahaan untuk meningkatkan kinerja fundamental yang berkesinambungan.
Merujuk ke kondisi fundamental 22 emiten yang IPO tahun ini, setidaknya ada sembilan saham perusahaan yang mencatat kinerja negatif yang didominasi oleh emiten sektor konsumer.
Dua contoh di antaranya adalah PT Raja Roti Cemerlang Tbk. (BRRC) yang sudah terkoreksi 64,76% dari harga awalnya saat penawaran umum sebesar Rp210 per lembar. Kini, saham BRRC dihargai pasar senilai Rp74 per lembar. Selain itu ada PT Jantra Grupo Indonesia Tbk. (KAQI), yang terkoreksi hingga 57,62% sejak melantai di Bursa. Emiten yang bergerak di sektor konsumer siklikal ini terkoreksi dari level Rp118 per lembar menjadi Rp50 per lembar saham pada perdagangan hari ini.
Nafan melanjutkan, untuk faktor peluang IHSG tembus 8.000, dia melihat emiten-emiten dalam semester II ini berpeluang meningkatkan kinerja fundamental mereka. Hal ini salah satunya didorong oleh adanya peluang pelonggaran kebijakan moneter.
Selain itu, kondisi makro ekonomi Indonesia juga menunjukkan tren positif dengan pertumbuhan di kisaran 5% yang dapat dipertahankan, hingga faktor konflik geopolitik yang mereda.
"Tantangannya, diharapkan agar bursa terus konsisten berkomitmen membangun infrastruktur pasar modal yang berkesinambungan. Dan di sisi lain, menegakkan supremasi yang benar-benar mencerminkan perlindungan kepada para pelaku investor, mengedepankan kepentingan investor. Ini juga sangat penting agar meningkatkan kepercayaan pelaku investor," tegasnya.
Dengan demikian, menurutnya hal tersebut juga menjadi salah satu cara menarik minat investor pasar modal asing ketika net sell foreign secara year to date saat ini sudah mencapai Rp61,86 triliun.
"Kalau investor asing, [mempertimbangkan] terkait dengan emiten, penerapan good governance, kondisi makro ekonomi domestik yang kondusif, dan dimbangi adanya kebijakan. Intinya, kalau BEI komitmen penuh menerapkan kebijakan pro market, pro development, maka dari itu pertumbuhan investor, khususnya asing, juga akan kembali terjadi," pungkasnya.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.