Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat sudah ada 22 perusahaan tercatat yang baru melantai lewat penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) sejak awal tahun.
Berdasarkan data BEI per 11 Agustus 2025, terdapat 22 perusahaan yang IPO di lantai bursa sejak awal tahun. Sementara itu, masih ada tujuh perusahaan lagi yang tengah mengantre di dalam daftar tunggu penawaran perdana saham jelang akhir 2025.
Berdasarkan catatan Bisnis, terdapat 9 dari 22 saham anyar yang mencatatkan kinerja loyo hingga jeda perdagangan siang ini, Senin (11/8/2025).
Secara rinci, dari 22 perusahaan yang go public hingga Agustus 2025, terdapat enam emiten dari sektor konsumer, empat emiten dari sektor kesehatan, dan tiga perusahaan datang dari sektor basic materials.
Selanjutnya ada dua emiten finansial, dua emiten infrastruktur, dua emiten properti, dua emiten transportasi dan logistik, dan satu emiten sektor energi.
Teranyar, penawaran perdana saham dilakukan oleh empat perusahaan sekaligus pada 10 Juli 2025. Keempat perusahaan tersebut adalah PT Merry Riana Edukasi Tbk. (MERI), PT Trimitra Trans Persada Tbk. (BLOG), PT Diastika Biotekindo Tbk. (CHEK), dan PT Prima Multi Usaha Indonesia Tbk. (PMUI).
Dari keempat emiten itu, sejauh ini hanya saham PMUI yang harganya ambles selepas melantai di Bursa.
Akan tetapi, PMUI hanya satu dari sembilan emiten yang harga sahamnya jeblos usai melantai di Bursa pada 2025. Data Bisnis menunjukkan, sembilan emiten yang mencatatkan kinerja loyo selepas melantai di Bursa, didominasi oleh sektor konsumer.
Kinerja yang lesu dipimpin oleh PT Raja Roti Cemerlang Tbk. (BRRC). Emiten yang bergerak di sektor konsumer non-siklikal ini terkoreksi 64,76% dari harga awalnya saat penawaran umum sebesar Rp210 per lembar. Kini, saham BRRC dihargai pasar senilai Rp74 per lembar.
Posisi kedua diisi oleh PT Jantra Grupo Indonesia Tbk. (KAQI), yang terkoreksi hingga 57,62% sejak melantai di Bursa. Emiten yang bergerak di sektor konsumer siklikal ini terkoreksi dari level Rp118 per lembar menjadi Rp50 per lembar saham pada perdagangan hari ini.
Adapun sejak melantai di Bursa pada 10 Maret 2025, kinerja saham KAQI langsung berada di jalur merah. Hanya butuh satu hari perdagangan, saham KAQI langsung ambles 31,13%. Setelahnya, harga saham KAQI mencatatkan pelemahan. Sejak 21 Maret 2025 hingga saat ini, saham KAQI stagnan dihargai pasar senilai Rp50 per lembar.
Pelemahan kinerja selepas melantai di Bursa juga dialami oleh PMUI. Emiten yang bergerak di sektor konsumer siklikal ini melakukan penawaran umum dengan harga Rp180 per lembar. Namun, kini harga sahamnya berada di level Rp113 per lembar, terkoreksi 37,22% hingga hari ini.
Bahkan, di hari yang sama saat melantai di Bursa, saham PMUI menyentuh auto rejection bawah (ARB). Saham PMUI terkoreksi 15% sejak pembukaan perdana perdagangan.
Hasil itu membuat PMUI menjadi satu-satunya saham IPO yang terperosok ke zona merah hingga kini. Tiga emiten baru lainnya yang turut melakukan seremoni pencatatan saham di hari yang sama, yakni PT Diastika Biotekindo Tbk. (CHEK) terpantau menguat 34,38%, saham PT Trimitra Trans Persada Tbk. (BLOG) meningkat 24,80%, sementara PT Merry Riana Edukasi Tbk. (MERI) tumbuh 34,38% pada sesi pertama.
Terakhir, saham PT Yupi Indo Jelly Gum Tbk. (YUPI) juga turut terkoreksi cukup dalam sejak melantai di Bursa. Emiten permen Yupi ini menawarkan sahamnya pada penawaran umum seharga Rp2.390. Kini, harga saham YUPI dibanderol seharga Rp1.700 per lembar, mencerminkan koreksi sebesar 28,87%.
Adapun sejak melantai di Bursa, harga saham YUPI belum pernah melebihi harga penawaran umum. Tertinggi, harga sahamnya hanya dibanderol seharga Rp2.390 pada 27 Maret 2025, setelah sempat lesu ke Rp2.380 per lembar sehari setelah melantai di Bursa.
Selain itu, lima emiten lainnya yang turut mencatatkan kinerja yang lesu selepas pencatatan saham datang dari sektor properti, kesehatan, infrastruktur, basic materials, dan finansial.
Senior Market Chartist Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menerangkan, terdapat sejumlah sentimen yang mempengaruhi kinerja saham-saham yang akan melakukan IPO, seperti kinerja fundamental yang kuat hingga penetapan harga IPO yang atraktif.
Menurut Nafan, sepanjang 2025, perusahaan-perusahaan yang telah tercatat di Bursa untuk melaksanakan IPO datang dari sektor-sektor yang prospektif. Hanya saja, Nafan menyoroti tentang kinerja fundamental emiten yang akan mempengaruhi daya tarik investor.
“Yang penting, kalau selama perusahaan yang mau IPO ini mau menerapkan good corporate governance secara baik, ya tentunya nanti benefitnya akan pada keberhasilan mereka,” katanya saat dihubungi, Senin (11/8/2025).
Berikut kinerja saham IPO 2025 hingga akhir perdagangan sesi I Senin (11/8):
Sektor |
Harga Penawaran Umum (Rp) |
Harga Saat Ini |
Persentase |
|
BRRC |
Consumer Non-Cyclicals |
210,00 |
Rp74,00 |
-64,76190476 |
KAQI |
Consumer Cyclicals |
118,00 |
Rp50,00 |
-57,62711864 |
KSIX |
Properti dan Real Estate |
452,00 |
Rp202,00 |
-55,30973451 |
DKHH |
Kesehatan |
132,00 |
Rp73,00 |
-44,6969697 |
PMUI |
Consumer Cyclicals |
180,00 |
Rp113,00 |
-37,22222222 |
YUPI |
Consumer Non-Cyclicals |
2.390,00 |
Rp1.700,00 |
-28,87029289 |
HGII |
Infrastruktur |
200,00 |
Rp144,00 |
-28 |
ASPR |
Basic Materials |
124,00 |
Rp94,00 |
-24,19354839 |
YOII |
Financials |
100,00 |
Rp94,00 |
-6 |
MDLA |
Kesehatan |
188,00 |
Rp198,00 |
5,319148936 |
OBAT |
Kesehatan |
350,00 |
Rp388,00 |
10,85714286 |
CBDK |
Properti dan Real Estate |
4.060,00 |
Rp5.875,00 |
44,7044335 |
CHEK |
Kesehatan |
128,00 |
Rp200,00 |
56,25 |
PSAT |
Transportasi dan Logistik |
900,00 |
Rp1.470,00 |
63,33333333 |
DGWG |
Basic Materials |
230,00 |
Rp406,00 |
76,52173913 |
BLOG |
Transportasi dan Logistik |
250,00 |
Rp492,00 |
96,8 |
MERI |
Consumer Cyclicals |
128,00 |
Rp278,00 |
117,1875 |
MINE |
Basic Materials |
216,00 |
Rp486,00 |
125 |
FORE |
Consumer Non-Cyclicals |
188,00 |
Rp565,00 |
200,5319149 |
RATU |
Energi |
1.150,00 |
Rp7.150,00 |
521,7391304 |
CDIA |
Infrastruktur |
190,00 |
Rp1.545,00 |
713,1578947 |
COIN |
Finansial |
100,00 |
Rp1.560,00 |
1460 |
Data diolah Bisnis.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.