Bisnis.com, JAKARTA — Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengumumkan pasar obligasi Tanah Air menjadi pilihan bagi para investor asing untuk menempatkan modalnya. Hal itu pun memperkokoh kinerja pasar surat berharga negara (SBN) di sepanjang tahun ini.
Berdasarkan data OJK, indeks obligasi komposit Indonesia (ICBI) menguat 1,17% secara bulanan (month to date/mtd) ke level 418,84 pada 31 Juli 2025. ICBI juga telah di zona hijau, naik 6,67% sepanjang tahun berjalan (year to date/ytd) atau sejak perdagangan perdana 2025.
Sementara, imbal hasil atau yield SBN rata-rata turun 10,82 basis poin secara bulanan pada Juli 2025. Kemudian, sepanjang 2025, yield SBN telah turun 41,1 basis poin.
"Investor non-resident [SBN] mencatatkan net buy sebesar Rp13,28 triliun secara mtd," kata Inarno dalam Rapat Dewan Komisioner (RDKB) OJK pada Senin (4/8/2025).
Sejak awal tahun, tercatat dana asing atau investor non-resident di pasar SBN mengakumulasikan net buy sebesar Rp55,32 triliun. Sedangkan di pasar obligasi korporasi, investor non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp320 miliar sepanjang Juli 2025. Meskipun, sepanjang 2025, tercatat net sell Rp1,08 triliun.
Sebelumnya, Senior Fixed Income Portfolio Manager Grow Investment Andy Rachman mengatakan sepanjang tahun berjalan 2025, terjadi tren penurunan yield pada Indonesia Government Bond (INDOGB) untuk tenor 10 tahun. Di pasar obligasi, penurunan yield akan mendorong harga obligasi naik.
"Jadi banyak investor yang sudah menikmati positif return dari obligasi tahun ini," kata Andy dalam market outlook pada beberapa waktu lalu.
Penurunan INDOGB bahkan menurutnya lebih kencang dibandingkan obligasi AS yakni US 10 Year Treasury Bond sebanyak 33 basis poin dalam periode yang sama.
Adapun, pada paruh kedua 2025, prospek penurunan yield masih terbuka lebar seiring dengan proyeksi penurunan suku bunga acuan.
"Kemungkinan terbesar The Fed cut [suku bunga acuan] di September 2025. Ada dua sampai tiga kali [penurunan]. Kemudian, akan diikuti penurunan yield, harga obligasi naik hingga akhir tahun," ujar Andy.
Menurutnya, terdapat sejumlah pendukung alasan penurunan suku bunga acuan The Fed. Kondisi ekonomi AS saat ini misalnya telah mengalami pelemahan. Di berbagai sektor dan data seperti perumahan hingga ketenagakerjaan menunjukan tren merah.
Artinya data ekonomi AS di bawah ekspektasi pasar. Lalu, pasar butuh stimulus, di mana salah satunya adalah penurunan suku bunga acuan.
Peluang lainnya hadir dari aliran dana asing. Sebab, menurutnya saat ini porsi kepemilikan investor asing di pasar obligasi Tanah Air masih rendah, hanya sekitar 14%. Alhasil, masih terbuka lebar keran masuknya dana asing ke pasar obligasi Tanah Air.
CIO BNI Asset Management Farash Farich juga mengatakan terdapat peluang rally lanjutan yield 10 tahun obligasi pemerintah menuju kisaran 6,4% apabila stabilitas makroekonomi tetap terjaga. Arus masuk dari investor asing pun diproyeksikan terus berlanjut.
Valuasi surat utang negara (SUN) Indonesia masih kompetitif dibandingkan negara-negara peers dengan rating serupa, yang membuat pasar obligasi domestik tetap menarik hingga akhir tahun.
Disclaimer: berita ini tidak bertujuan mengajak membeli atau menjual saham. Keputusan investasi sepenuhnya ada di tangan pembaca. Bisnis.com tidak bertanggung jawab terhadap segala kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan investasi pembaca.